Friday, May 24, 2013

Youth Environmental Leader Summit 2013



Yeay, we're youth environman ..


Akhirnya, hari yang ditunggu itu pun tiba. Setelah dinyatakan LOLOS oleh panitia, saya semakin tak sabar menunggu event ini. Ya, hari dimana para pemuda seluruh nusantara negeri ini berkumpul dalam sebuah wadah yaitu " Youth Environmental Leader Summit 2013". YELS 2013 ini adalah sebuah kegiatan yang diadakan oleh Kementrian Sosial Masyarakat BEM ITS dibantu dengan berbagai pihak yang mendukung acara ini. Keterkaitannya karena sosmas bekerja di bidang yang berhubungan dengan masyarakat. Adapun sasaran kegiatan ini adalah mahasiswa, pelajar tingkat SMP dan SMA. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan percerdasan perubahan iklim dan membentuk sumber daya manusia khususnya di tingkat SMP, SMA dan Mahasiswa agar peduli dan mau bertindak untuk mencegah terjadinya perubahan iklim. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari berupa pelatihan dimana akan diberikan materi-materi yang berhubungan dengan perubahan iklim. Materi tersebut berupa pembeberan fakta mengenai perubahan iklim, cara mengatasi perubahan iklim dengan adaptasi dan mitigasi serta cara untuk membuat gerakan yang berhubungan dengan perubahan iklim.

Awalnya, saya mengetahui event ini dari postingan di grup internal BEMF MIPA UNJ. Setelah melihatnya, mulai ada ketertarikan untuk mencoba ikut event ini. Ketertarikan ini berawal karena acara YELS terkait dengan lingkungan dimana saya memiliki ketertarikan juga di dunia lingkungan. Setelah mengapply essai dan beberapa persyaratan lainnya akhirnya beberapa hari kemudian panitia mengupload pengumuman dan tertera nama saya "Abdul Hasan Al Asyari Universitas Negeri Jakarta" sebagai peserta utama YELS 2013.

Senang, Bahagia, Bangga. Itulah yang saya rasakan pada saat itu. Ini merupakan kesempatan pertama saya lolos menjadi peserta kegiatan nasional. Bagiamana tidak, sebelumnya beberapa kegagalan juga telah menyelimuti mimpi-mimpi saya, tapi saya yakin suatu saat pasti Allah telah  merencanakan hal-hal yang lebih indah untuk hidup saya. Saya yakin itu. 

Bingung. Setelah dinyatakan lolos, saya bingung karena tak punya kenalan teman YELS 2013 dikarenakan hanya saya sendiri yang berasal dari UNJ. Ternyata, setelah kepo dengan beberapa peserta lain, banyak juga yang memiliki nasib yang sama. Beruntung akhirnya dapat teman bareng buat ke ITS. Sebut saja Mella UHAMKA, Ipul UNISMA, Aldi UI, Gasa UI, Dita UI, Dara STT PLN, Ratna STT PLN, dan Rendy UAI. Sebenarnya, ada lagi anak IPB, namun kabarnya mereka ketinggalan kereta. Ya, kami semua berangkat bareng dari stasiun senen jam 14.10 wib dengan kereta yang sama walau di gerbong yang berbeda.

Senang. Pastinya saya senang bisa mengenal kalian semua. Kalian semua unik hehe. Sepanjang perjalanan di kereta, kami yang berdekatan tempat duduknya mulai sharing dengan dunia kampusnya masing-masing. Akhirnya, tiba juga di stasiun Pasar Turi Surabaya. Melihat jam, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 03.30. Lumayan juga perjalanan Jakarta-Surabaya dengan naik kereta api. Tapi sungguh ini adalah pengalaman pertama saya naik kereta api kurang lebih 14 jam.. hehe ^-^

Akhirnya yang ditunggu pun tiba. LO kami pun datang sekitar pukul 06.00. Dikarenakan hanya ada 1 mobil dengan kapasitas 7 orang sedangkan kami 9 orang maka diputuskan agar anak-anak perempuan terlenih dahulu yang diantar ke ITS. Setelah menunggu 1 jam an akhirnya kami (anak cowok) memutuskan untuk menyewa mobil untuk ke ITS dan akhirnya sampai di ITS sekitar jam 07.30.

Bersih. Itulah kata pertama yang menggambarkan kota Surabaya bagi saya. Benar-benar bersih kota Surabaya ini. Sampai di ITS. Takjub dengan hamparan hijau pohon yang menyelimuti kampus ini. Tak heran kalai ITS dipredikat sebagai eco campus. Setelah menunggu peserta lainnya, akhirnya acara pembukaan pun dimulai. Jujur, agak asing di sini. Karena banyak wajah-wajah baru yang tak dikenal sebelumnya. Wajar, awal-awal masih kaku sama peserta lainnya. 

Inspiring. Hari pertama dan kedua saya di dominasi oleh materi lingkungan dan perubahan iklim yang diberikan oleh pembicara-pembicara yang hebat. Sungguh sangat menginspirasi bagi saya dan pemuda-pemuda lainnya agar sadar dan  peka terhadap perubahan iklim yang benar-benar terjadi. Disinilah peran nyata pemuda sangat dibutuhkan untuk perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik. Tapi jujur selama materi, saya kurang fokus dikarenakan mengantuk ,, hehe mungkin peserta lain juga banyak yang mengalaminya.

Fun. Ya, mungkin kata itu yang dapat menggambarkan keadaan perasaan saya di hari ketiga YELS 2013. Tepatnya, hari sabtu semua peserta turut serta berpartisipasi dalam acara Surabaya Green Action di Pantai Kenjeran. Disinilah untuk pertama kalinya saya menanam pohon mangrove. Rasanya? seru walau kaki banyak lecet dan sobek terkena batu-batu di dalam lumpur. hehe..



Malam harinya merupakan malam keakraban (makrab) bagi para peserta YELS 2013. Disini para peserta di bagi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok harus menunjukkan performnya masing-masing. GOKIIIL!! Selama perform tak henti-henti tertawa di karenakan ulah para peserta yang lucu di performnya masing-masing. Kalian semua kreatif!.

Sedih. Ya, itulah kata yang dapat menggambarkan keadaan perasaan saya di hari terakhir. Ini merupakan penutupan acara YELP 2013. Penutupan diawali dengan acara gugur gunung di Kampus ITS dengan melibatkan mahasiswa ITS. Acara Gugur Gunung ini diawali dengan jalan-jalan mengeilingi kampus ITS ditambah adanya berbagai macam bazar menarik.


Acara selanjutnya adalah environtalk yakni talkshow tentang lingkungan. Disini kita juga mempresentasikan green project yang telah dibuat masing masing kelompok. Harapannya, semoga semua green project dapat terealisasikan pasca acara YELS ini. Tiba sampai di penutup acara, sayang banyak peserta yang sudah izin terlebih dahulu pulang dikarenakan ada hal urgen lainnya. Saatnya melihat video yang telah dibuat oleh panitia sebelum penutup. Sedih ketika melihat video tersebut, rasanya baru kemaren tiba di Surabaya, kini sudah sampai dipenghujung acara. Kangen kalian semua ....

Sedikit demi sedikit peserta lainnya pun pulang. Namun, saya dan 20 peserta lainnya pulang hari senin dikarenakan sudah membeli tiket untuk hari senin. Minggu malam, merupakan malam terakhir saya merasakan suasana Surabaya. Akhirnya, kami putuskan untuk sekedar refreshing dengan jalan dari Asrama Haji Surabaya sampai Galaxi Mall Surabaya. Sungguh, disini saya seperti mendapatkan keluarga baru. Setelah lelah mengelilingi Galaxi Mall Suarabaya, kami pun balik ke Asrama Haji dengan berjalan kaki. Waktu sudah menunjukkan jam 22.15, beberapa peserta langsung tidur setelah sampai Asrama Haji. Tak sedikit juga peserta yang belum tidur. Pada saat itu, salah seorang peserta "Adam" meminjam gitar pada panitia dan akhirnya kita karokean massal sampai jam 24.00. Haha.. Senang banget. Ternyata banyak juga peserta yang suka nyanyi, begitupun dengan saya hehe.. Semuanya terlihat senang, fresh tanpa beban, ketika bernyanyi bersama diselingi dengan candaan serta bullyan antar peserta lainnya. Bener-bener lepas malam ini. Alhamdulillah, keinginan saya untuk refreshing sejenak dari hiruk pikuk kota Jakarta dan kampus terkabul juga dengan mengunjungi Surabaya.

Tiba akhirnya hari Senin. Hari terakhir kami di Surabaya. Hari ini kami manfaatkan untuk membbeli oleh-oleh untuk teman dan keluarga. Lumayan bingung juga mau beli oleh-oleh apa.. hehe.. Satu persatu peserta pun mulai menginggalkan asrama haji. Tinggal delegasi Jakarta dan Bandung yang pulang paling terakhir. Sungguh disini merasa berat untuk berpisah dengan peserta lainnya. Mungkin karena sudah dianggap sebagai keluarga sendiri di Surabaya. Sampai waktunya kita pulang ke Jakarta. Tak lama kemudian kita mendapat kabar bahwa delegasi dari Makassar ketinggalan pesawat mereka. Disini kita semua sedih juga,, untungnya mereka bisa balik ke Makassar selasa pagi. Akhirnya semuanya pun sampai ke rumah masing-masing dengan selamat.

"Sungguh ini merupakan pengalaman luar biasa yang tak akan di dapatkan di bangku perkuliahan"

"Pengalaman baru, Teman baru, dan Keluarga Baru"

Senang bisa bertemu dan sharing langsung dengan kalian semua. Kalian semua HEBAT! Sebuah postingan ini tak cukup untuk menggambarkan semua keindahan suasana YELS2013. Banyak hal-hal indah yang belum tertulis disini. Ya, itu semua akan selalu menjadi sebuah kenangan terindah dalam hidup saya.

Keep on inspiring all. Semoga bisa berjumpa di lain kesempatan :D



Friday, May 3, 2013

Sebuah Inovasi yang Tertiup Sampai ke Negeriku



Matematika. Ya, matematika. Bagi saya matematika adalah sebuah pelajaran yang sangat menyenangkan. Saya mulai menyukai matematika sejak bangku SD bahkan hingga di bangku perkuliahan saat ini. Hal itu terlihat wajar karena sekarang saya sedang melanjutkan kuliah di jurusan matematika. Namun yang masih menjadi sebuah dilema pada pembelajaran matematika saat ini adalah image matematika yang sulit dan kurang bermakna bagi siswa. Diantara penyebabnya adalah matematika modern saat ini hanya menyajikan matematika sebagai produk jadi, siap pakai, abstrak dan diajarkan secara mekanistik, serta guru hanya mendiktekan rumus ke siswa. Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah inovasi di dalam dunia pendidikan matematika.

 Inovasi tersebut pun datang dari sebuah negeri yang terkenal dengan kincir anginnya. Negeri yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Sebuah negeri yang menjadi pioneer bagi negeri lainnya. Ya, Belanda nama negeri itu. Sebuah inovasi pendidikan matematika yang tertiup dan terbawa sampai ke Indonesia adalah RME (Realistic Mathematics Education). 


Berbicara tentang sejarah, Pendidikan Matematika Realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) muncul karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pembelajar. Awalnya inovasi ini diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre pada tahun 1968 melalui proyek Wiskobas. Sampai sekarang, bentuk RME yang ada sebagian besar dilandasi oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika, yaitu menempatkan matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia (mathematics as human activity). Ini artinya matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan Matematika Realistik tidak hanya bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penalaran matematika, namun juga bisa mengembangkan kreativitas dan kemampuan komunikasi siswa. Pelajaran matematika juga harus memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika, sasaran utama matematika adalah sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi”. 


Dalam perkembangannya, Realistic Mathematics Education (RME) membawa angin segar bagi pendidikan matematika di Indonesia. RME adalah sebuah inovasi yang melahirkan inovasi baru. Inovasi baru itu bernama PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). PMRI digagas oleh sekolompok pendidik matematika di Indonesia. Pada tahun 1990-an, pendidikan matematika di Indonesia mulai meninggalkan matematika modern yang dapat membuat siswa menjadi takut terhadap matematika dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Oleh karena itu, butuh adanya inovasi baru yang bertujuan agar matematika itu tidak menakutkan dan dapat menjadi teman yang ramah serta menaikkan prestasi matematika siswa di dunia internasional. Akhirnya, RME sebagai inovasi itu datang  dan telah sukses diterapkan di Belanda dan di negara-negara lainnya. Datangnya tiupan inovasi tersebut sampai ke Indonesia, diharapkan dapat menjadi sebuah udara segar bagi guru untuk dapat mengajarkan matematika menjadi berarti dan bermakna di dalam kehidupan sehari-hari, serta mengubah image matematika yang sulit dan menakutkan menjadi mudah dan menyenangkan.


Referensi:
http://blog.unsri.ac.id/userfiles/MRE.pdf 

 

(Bukan) Simsalabim, Menyulap Krisis Multidimensional Dengan Budaya Bersepeda



Apa yang ada di dalam pikiran anda ketika mendengar kata “Belanda”? Kincir angin, keju, bunga tulip atau bendungan Den Haag? Jika berbicara mengenai negara Belanda, satu hal yang menarik perhatian saya yaitu budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu budaya di Belanda tersebut adalah budaya bersepeda.



Budaya bersepeda di Belanda sudah di mulai sejak tahun 1970-an. Namun, sejarah persepedaan di Belanda  dimulai pasca perang dunia II tahun 1948-1970, di mana pendapatan perkapita rata-rata penduduk Belanda meningkat tajam. Meningkatnya pendapatan perkapita ini berdampak pada naiknya daya tarik pembelian mobil. Sayangnya, tata kota di negara Belanda tidak mendukung cepatnya laju kepadatan mobil karena jalan-jalannya yang sempit sehingga menggangu tingkat kualitas kehidupan di Belanda. Hal tersebut menyebabkan munculnya krisis multidimensional di Belanda. Dimulai dari krisis tata kota. Dengan naiknya daya tarik pembelian mobil namun tidak diimbangi dengan lahan yang memadai, menyebabkan banyak gedung-gedung yang harus dihancurkan untuk  ruang parkir dan jalan-jalan mobil. Hal ini juga akan mendorong munculnya krisis kebersihan udara serta krisis keamanan lalu lintas yang menjadikan anak-anak sebagai korban kecelakaan lalu lintas dan memicu kampanye “stop de kindermoord” (stop the child murder).  Krisis bahan bakar dan energi pun tak luput terjadi disebabkan mahalnya harga minyak sehingga bahan bakar pun terbatas dan memicu terjadinya krisis ekonomi di Belanda.
 
Adanya kampanye “stop de kindermoord” (stop the child murder) membuat para pemimpin dan pemegang kebijakan di Belanda saat itu untuk mencari solusi yang kreatif untuk menjawab krisis multidimensional tersebut. Solusi dari krisis tersebut adalah menjadikan bersepeda sebagai sebuah budaya. Mungkin, tanpa adanya krisis multidimensional tersebut, Belanda tidak akan mendapat gelar sebagai the world’s number one cycling country dengan jumlah sepeda yang melebihi jumlah penduduknya.

(Bukan) Simsalabim! Pahitnya krisis multidimensional yang muncul kini berbuah manis menjadikan kekuatan infrastruktur, kebijakan, dan budaya bersepeda sebagai sebuah kesatuan sistem yang prima, berkelajutan, dan penuh inovasi. Budaya bersepeda menjadikan Belanda sebagai negara yang aman, bersih, serta memiliki tata kota dan tingkat perekonomian yang baik. Faktanya, dibutuhkan waktu sekitar 35 tahun untuk mencapai hasil tersebut.

Tidak ada yang membedakan antara penduduk Belanda dengan penduduk negara lainnya. Hal yang membedakannya adalah orang Belanda tidak menggunakan kendaraan bermotornya setiap kali mereka berpergian. Sebanyak 27% dari total perjalanan penduduk Belanda dilakukan dengan bersepeda. Presentase ini jauh lebih tinggi dibanding negara-negara maju lain seperti Denmark (18%), Jerman (12%), dan Amerika Serikat (1%). Inilah mindset yang harus dibangun oleh seluruh pemimpin, pemegang kebijakan serta penduduk di seluruh dunia bahwa dengan sebuah budaya kita dapat menyulap sebuah krisis multidimensional menjadi sebuah solusi yang berkelanjutan.

Tak ada kata telat untuk menjadikan bersepeda sebagai sebuah budaya, seperti yang dapat kita pelajari dari Belanda. Yuk, kita jadikan bersepeda sebagai budaya di Indonesia!

Referensi:                                         

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers