Sunday, October 20, 2013

Pantai Kenjeran yang Terlupakan




Tepatnya bulan Mei 2013 lalu, saya berkesempatan untuk mengunjungi sebuah pantai  yang berlokasi di  Jl. Sukolilo No. 100 Surabaya Timur/Sukolilo, Pantai Kenjeran namanya. Ini merupakan perjalanan pertama saya mengunjungi Surabaya sebagai orang asli Jakarta. Perjalanan saya ke Pantai Kenjeran kali ini, merupakan sebagai salah satu rangkaian dari acara Youth Environmental Leader Summit (YELS) yang di adakan oleh BEM ITS dan diikuti oleh pemuda seluruh nusantara. Namun, selama perjalanan menuju pantai saya bertanya kepada peserta asal Surabaya mengenai keadaan Pantai Kenjeran. Dan saya terkejut, bahwa Pantai Kenjeran di mata arek Surabaya sendiri begitu banyak sampah dan kotor karena ulah para pengunjung. Selain itu, selama perjalanan saya menuju Surabaya, saya banyak berbincang dengan penumpang kereta lain yang memang asli orang Surabaya. Dan ketika saya menanyakan hal yang sama tentang Pantai Kenjeran, saya pun mendapat jawaban yang sama yaitu banyak sampah dan kotor.

Tujuan saya mengunjungi Pantai Kenjeran adalah untuk ikut serta dalam kegiatan Surabaya Green Action yang nantinya akan menanam 1000 mangrove dan bersih-bersih pantai dengan beberapa komunitas hijau Surabaya dan peserta YELS lainnya. Akhirnya, sampai juga di Pantai Kenjeran. Kata pertama yang muncul di mulut saya adalah “sepi”. Sambil menelusuri Pantai Kenjeran yang begitu luas ternyata berbanding terbalik dengan pengunjung yang datang. Dan ternyata anggapan Pantai Kenjeran itu banyak sampah dan kotor adalah benar. Ketika saya menanam mangrove, tak sedikit sampah plastik yang hanyut terbawa air dan lumpur. Setelah menanam mangrove dan bersih-bersih, saya mengelilingi berbagai sudut Pantai Kenjeran. Ternyata Pantai ini begitu indah kawan, ditambah banyaknya penjual souvenir menarik seperti bros dan gantungan kunci dari kerang. Berbagai macam aneka permainan pun menambah kecerian pantai ini.
Rasanya sungguh menarik dan seru wisata kali ini. Berwisata sekaligus aksi untuk alam adalah dua hal yang bermanfaat. Mungkin ada baiknya jika Pantai Kenjeran dijadikan sebagai ecowisata nantinya. Semoga Pantai Kenjeran tak terlupakan seperti mutiara di dasar lautan.

Hari Pangan Sedunia 2013

16 Oktober 2013


Hari itu, mungkin tak semua orang tahu ada peringatan apa pada tanggal 16 Oktober. Itu adalah hari pangan sedunia. Mungkin selama ini kita lupa bahwa kondisi pangan di Indonesia saat ini sedang mengalami yang namanya "darurat pangan". Darurat pangan sendiri dapat dilihat dari "naiknya sedikit produksi pangan nasional, tapi import pangan makin menjadi-jadi,  menurunnya jumlah produsen pangan skala kecil, menurunnya luasan lahan produksi pangan, menurunnya produksi pangan, meningkatnya jumlah penduduk, dan tidak adanya kebijakan nasional untuk membangun kedaulatan pangan serta memberikan perlindungan bagi para produsen pangan skala kecil".(Aliansi untuk Desa Sejahtera).

Lalu, bagaimana dengan kondisi kedaulatan pangan di Indonesia?

Kedaulatan Pangan di Indonesia, Sebuah Kedaulatan yang Dipertanyakan Keadaannya

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman

Kita pasti tahu sebait lirik tersebut. Ya, lirik tersebut adalah lirik lagu “kolam susu” dari Koes Plus. Itulah sedikit gambaran tentang negeri kita. Indonesia namanya. Negeri yang ‘katanya’ memiliki tanah dan sumber daya alam yang melimpah. Mungkin kalimat tersebut  terdengar tak asing bagi kita. Tak dapat dipungkiri betapa kayanya Indonesia dengan segala limpahan sumber daya alam salah satunya di bidang pangan. Kenyataannya, walaupun negeri ini kaya tetapi masih banyak rakyat Indonesia yang dilanda oleh kemiskinan, kelaparan, dan ketidaksejahteraan.
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi yang kepemerintahannya dari, oleh dan untuk rakyat. Artinya, Indonesia merupakan sebuah negara yang berdaulat dimana bangsa Indonesia memiliki kekuasaan tertinggi untuk mengatur kehidupan rakyatnya mencapai masyarakat sejahtera adil dan makmur. Pertanyaan sekarang yang muncul adalah apakah kedaulatan tersebut sudah menyeluruh? Jawabannya adalah tidak.
Salah satu contoh kedaulatan yang masih dipertanyakan kedaulatannya adalah kedaulatan pangan di Indonesia. Menurut UU No. 18 Tahun 2012 kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sederhana saja, Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah agraris dan perairan cukup luas sehingga kebutuhan pangan di Indonesia dapat terpenuhi. Namun kenyataannya terlihat berbeda. Untuk memenuhi kebutuhan ikan patin saja, Indonesia harus mengimpornya dari luar negeri yakni Vietnam. Padahal di negara kita sendiri sebenarnya mampu memproduksi barang yang serupa. Akibatnya jika impor ikan patin akan terus menerus dilakukan, maka ikan patin lokal dikhawatirkan memiliki daya saing di pasar lokal. Padahal, untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, kebutuhan ikan patin seperti untuk perhotelan dan restoran dengan kualitas super tidak kurang dari 100 ton per bulan. Dapat dibayangkan, bagaimana nasib petani tambak ikan patin lokal?
Hal yang tak jauh berbeda terlihat juga dari petani sayur yang mengeluhkan impor cabe dan bawang dari Thailand dan Vietnam. Sebaliknya pemerintah menganggap impor tersebut sebagai sebuah langkah untuk menstabilkan lonjakan harga komoditas pertanian serta untuk mengatasi kelangkaan kebutuhan seperti cabe dan bawang putih. Seolah menutup mata, pemerintah sendiri nampaknya tidak serius apalagi dalam dunia impor tidak sedikit ‘iming-iming’ yang dijanjikan sangat besar seperti yang terjadi pada kasus daging impor sekarang ini. Sudah saatnya pemerintah peduli dengan kesejahteraan petani lokal dan memberikan dukungan terhadap hasil panen petani tersebut.
Inilah sedikit gambaran kedaulatan pangan di Indonesia. Negeri yang menjunjung tinggi kedaulatannya, namun masih dipertanyakan keadaan kedaulatan tersebut. Indonesia punya segalanya. Negara lain takut jika Indonesia mandiri tidak dapat diembargo lagi. Seharusnya, kita sebagai warga negara Indonesia yang mengembargo diri sendiri. Sederhana saja, belilah pangan dari petani-petani sendiri, dengan begitu kita membantu untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan petani lokal. Belilah tekstil garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Cintai produk Indonesia dengan tidak perlu mengimpor barang dari luar negeri. Cintai budaya Indonesia dengan bangga belajar dan mempresentasikan budaya bangsa. Cintai aset alam Indonesia dengan memanfaatkannya secara bijak serta mampu menjaganya. Sekarang, semua ini menjadi tanggung jawab kita bersama.

Referensi:


Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers