Saturday, March 29, 2014

Secarik Memori SwitchCamp2014

Awalnya tak menyangka bisa terpilih menjadi salah-satu dari 100 pemuda seluruh Indonesia dalam acara SwitchCamp yang diadakan oleh 350Indonesia. Ya, saya memang tertarik untuk belajar mengenai lingkungan atau perubahan iklim walau background pendidikan yang saya miliki adalah Mathematics Education. Setelah dinyatakan lolos oleh panitia, saya sempat ragu untuk mengikuti acara ini atau tidak dikarenakan sampai sekarang proposal skripsi saya tak kunjung selesai *curhat sedikit haha...

Akhirnya setelah mendapatkan dukungan dari teman-teman kampus saya pun memilih ikut acara ini. Alasannya sederhana, saya mau belajar dari orang-orang yang kompeten dibidang lingkungan untuk menambah pengalaman saya tentunya. Selain itu, saya juga ingin mengenal, belajar, dan berbagi dengan peserta lain yang sangat menginspirasi saya. "Karena belajar tak hanya ada di dalam kelas."

Ya, akhirnya saya pun berangkat ke Jogja bersama Ipul (UNISMA, MC keren sekaligus yang pegang Muara Gembong nih) sama Nada (UNJ, cewe yang keren dengan aktivitas hijaunya di kampus). Ini mungkin ketiga kalinya ketemu sama si Ipul, setelah sebelumnya bertemu di event lain. Dan ini pertama kalinya kenal Nada, yang satu almamater dengan saya. Sungguh, mereka berdua sangat menginspirasi saya dengan aktivitas mereka yang peduli dengan lingkungan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam, akhirnya sampai juga di Jogja. Ternyata kami datang di kloter pertama. Di ruang tunggu Stasiun Tugu tepatnya kita berkenalan dengan peserta lain yang telah datang juga. Sampai akhirnya, tiba di tempat acara. Tempat yang begitu indah bagi saya. Sepertinya tak ada tempat seperti ini di Jakarta. Setelah registrasi, kami pun bergegas mencari kamar masing-masing. Karena bingung dengan lokasi kamar, akhirnya peserta cowok kloter pertama singgah terlebih dahulu di tempat makan.

Inilah yang ditunggu-tunggu ,,, Makaaaan (ada lele goreng, urab, sambel, semangka, Mantaff) Haha... Mulailah disini kita berbagi sedikit tentang kesibukan di kampus maupun di luar kampus. Setelah bertanya, akhirnya kita menemukan kamar masing-masing. Dan istirahat sambil menunggu peserta yang lain tiba...

Sampai akhirnya malam pun tiba dengan sendirinya. Ternyata di kamar Rajawali 1 sudah ada 6 orang peserta termasuk saya. Ada Nuzul, Gilang, Andri, Eli, dan Fahmi. Perbincangan malam pun tak jauh dari sharing-sharing kondisi kampus dan perkuliahan. Disini saya mendapatkan teman-teman baru yang sangat asik dari berbagai background pendidikan yang berbeda.

Singkatnya, selama beberapa hari mengikuti switchcamp saya mendapatkan keluarga baru yang memiliki satu tujuan yang sama untuk bumi yang lebih hijau. Disini saya belajar mengenai kondisi lingkungan di dunia saat ini serta kondisi lingkungan dari daerah masing-masing. Disini juga kita bekerjasama untuk membuat action plan sebagai salah satu solusi untuk permasalahan di sekitar lingkungan, seperti masalah pengalihan lahan hutan untuk lahan pemukiman di daerah Bandung. Semoga pasca acara ini kita semua dapat berkolaborasi bersama untuk membuat aksi-aksi kreatif selanjutnya... *Planning ke depan saya dan Nada rencananya ingin memanfaatkan kertas-kertas yang berserakan di kampus untuk di daur ulang dan dibuat menjadi buku #savepaper

Dan yang paling seru dari acara ini adalah adanya beberapa track yang difokuskan untuk masing-masing peserta. Dan saya pun memilih track 'Artivism'. Di track ini saya belajar banyak sekali dari mba Nova, mba Fitri, Mas Sigit dkk yang dengan sabar dan semangatnya berbagi dengan kami semua. Yang paling terlihat saya belajar seni cukil dan stensil yang dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan media kampanye lingkungan.

Terima Kasih untuk semua panitia yang telah membuat acara ini keren. Terim kasih untuk teman-teman, mentor masing-masing track, pengisi materi dan panitia (lagi) yang memberikan banyak inspirasi bagi saya. Mohon maaf juga bila ada kesalahan yang saya perbuat baik yang disengaja maupun tidak. Mungkin tulisan ini tidak bisa menggambarkan semua memori yang ada diingatan ini .. *asiiiiik :D

*cukil

Upload foto menyusul ......

Tuesday, March 11, 2014

Masalah Sampah Tak Menyadarkan Penghuni Jakarta Juga

Jakarta Ku Sayang, Jakarta Ku Malang …

Jakarta sebuah kata yang memiliki sihir bagi sebagian orang. Jakarta merupakan sebuah kota besar sekaligus menjadi Ibu Kota dari bangsa ini. Dengan memiliki daya tarik yang tinggi, Jakarta mampu menjadi pusat pemerintahan bahkan sumber ‘perekonomian’ sehingga banyak mendatangkan masyarakat dari luar Jakarta untuk mengadu nasib di Jakarta. Berbagai permasalahan pun muncul di kota ini. Mulai dari sektor pendidikan, kesejahteraan, perekonomian dan juga permasalahan lingkungan. Berbicara mengenai permasalahan lingkungan di Jakarta sudah teramat kompleks. Kepadatan penduduk di Jakarta berbanding lurus dengan tingkat konsumsi yang berimas langsung dengan meningkatnya volume sampah yang dihasilkan dari tingkat konsumsi tersebut.
Tak dapat dipungkiri, ketika kita menelusuri jalanan di Jakarta dengan mudahnya kita akan menemukan sampah yang tergeletak manis begitu saja. Jakartaku kini tak seindah dulu. Menurut Kepala Suku Dinas Kebersihan DKI,Eko Bharuna tiap harinya Jakarta menyumbang 6.500 ton sampah dan naik 5 persen setiap tahunnya. Sampah tersebut dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta orang. Angka 10 juta tersebut tidak termasuk 2,5 juta warga yang biasa kerja di Jakarta pada siang hari.
Produksi sampah sekarang ini sebanding dengan 28.000 m3. Bila volume ini dibayangkan dengan perbandingan luas lapangan bola (105 m x 70 m) dengan tinggi 1 m, maka perhari luas sampah di DKI Jakarta hampir 4 kali lapangan bola tersebut untuk perhari atau bisa disamakan dengan setengah volume candi Borobudur yang volumenya mencapaai 50.000 m3 per hari. Dapatkah kita bayangkan, seperti apa volume sampah per minggu, perbulan, dan pertahun?
Meningkatnya volume sampah di Jakarta menjadikan Jakarta kotor dan menimbulkan pencemaran. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan menjadi point utama dalam permasalahan sampah di Jakarta. Banyak orang yang tidak merasa malu jika membuang sampah sembarangan. Bahkan dengan rasa tak bersalah, banyak orang yang membuang tissu, botol air mineral, bungkus permen di berbagai tempat umum seperti halte dan lain sebagainya. Parahnya, masalah sampah seolah bukan menjadi tanggung jawab manusia. Manusia dengan senangnya memikirkan kepuasan diri sendiri tanpa memikirkan keberlanjutan alam ini. Sebagai contoh, pada acara Jakarta Night Festival tahun 2012. Acara tersebut menghasilkan 600 ton sampah atau sekitar 10 persen dari sampah yang dihasilkan seluruh wilayah DKI Jakarta dalam sehari. Jumlah tersebut terbilang fantastis karena sekitar satu juta warga yang datang dari Jakarta dan sekitarnya hanya memenuhi kawasan Senayan – Medan Merdeka Barat dan hanya berlangsung dalam waktu 5 jam saja, yakni pukul 21.00 - 02.00 wib. Oleh karena itu, sangat penting jika pendidikan di Indonesia juga menerapkan pendidikan lingkungan hidup agar masyarakatnya juga mengerti akan pentingnya menjaga lingkungan.
Selain itu, penyebab lain dari penumpukan sampah di Jakarta adalah kurangnya fasilitas tong sampah, truk sampah, tukang angkut sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dapat kita lihat, diberbagai daerah sebagai contoh di Jakarta Barat sangat terlihat kurang sekali fasilitas tong sampah untuk menampung sampah rumah tangga. Akibatnya, tak sedikit masyarakat yang dengan mudahnya membuang sampah ke kali yang berada di dekat tempat tinggal mereka. Saat ini Dinas Kebersihan DKI memiliki:
1.      797 unit truk sampah, di mana 46% rusak atau tidak layak jalan serta hanya mampu mengirim sampah satu rit per hari.
2.      Pegawai DKI yang mengurus lingkungan hanya 80 ribu.
3.      Satu-satunya TPA di DKI Jakarta hanya Bantar Gebang yang beroprasi sejak tahun 1989 dengan luas 108 hektar dan didesain untuk menampung 19 juta m3 dan sekarang sudah terisi 9 juta m3.
4.      Lokasi penampungan sampah sementara sekarang ditentukan oleh masyarakat dan difasilitasi lurah camat setempat.

Melihat kondisi diatas, kecamatan dan kelurahan memegang peranan penting dalam permasalahan sampah. Tukang angkut sampah belum menjadi bagian dari pengelolaan pemerintah kota tetapi masih menjadi tanggung jawab masyarakat demikian juga dengan tempat pembuangan sampah sementara yabng ditentukan oleh kelurahan.

Berdasarkan pengalaman hidup di Jakarta, penarikan retribusi sampah ke masyarakat sekitar tidaklah mudah. Banyak masyarakat yang masih enggan dan sulit untuk membayar retribusi tersebut. Kondisi ini justru terbalik dengan Jerman. Di Jerman, tukang angkut sampah menjadi bagian dari pengelolaan sampah pemerintah kota sehingga masyarakat pun akan patuh dan terikat dengan peraturan yang berlaku.
Penyebab lainnya adalah kurang tegasnya pemerintah dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan. Terutama mengenai peraturan kebersihan di DKI Jakarta. Sebagai contoh, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengolaan sampah yang telah di sahkan pada Mei 2013 laulu di DPRD DKI memuat sanksi pada pelanggar dari masyarakat dan perusahaan. Guberbur DKI juga mendenda warganya yang membuang sampah sembarangan maksimal Rp. 500 ribu.
Pada pasal 126 di Perda itu juga membahan mengenai larangan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada jam 06.00-21.00 wib. Masyarakat juga dilarang keras membuang sampah di lokasi tertentu seperti sungai/kali, kanal, waduk, situ dan saluran air limbah, jalan, taman serta tempat umum.
Lain hal pada Pasal 127. Pasal ini membahas tentang sanksi soal masyarakat yang sengaja tidak melakukan pemilihan sampah. Sanksinya adalah sanksi administratif dari RW setempat. Bagi pihak pengelola kawasan pemukiman, komersil, industri dan kawasan khusus akan dikenakan sanksi Rp 10-15 juta jika tidak menyediakan fasilitas pengelolaan sampah. Pengelola fasilitas sosial dan fasilitas umum akan diganjar dengan denda Rp 1-5 juta. Bagi pelanggar yang sengaja membuang sampah ke sungai, waduk, situ, saluran air limbah, di jalan, taman atau tempat umum lainnya, maka akan dikenakan denda Rp 500 ribu. Sedangkan pengelola pusat belanja akan dikenakan denda Rp 5-25 juta jika tidak menggunakan kantong plastik ramah lingkungan.
Peraturan telah dibuat. Kini saatnya untuk pemerintah tegas dalam menjalankan peraturan tersebut. Jangan sampai peraturan dibuat hanya sebagai pajangan tertulis. Andai saja peraturan ini diterapkan, permasalahan sampah akan sedikit berkurang karena sistem yang berlaku dan memaksa manusia untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Permasalahan sampah di DKI Jakarta merupakan sebuah permasalahan yang bercabang. Artinya permasalahan sampah ini dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan lainnya. Salah satunya adalah banjir. Sepertinya musim banjir tak lagi berlaku di Jakarta. Banjir dapat datang dengan sesuka hati jika curah hujan yang sangat tinggi di ibu kota. Walaupun permasalahan sampah bukanlah penyebab utama dari banjir, selain tata kota yang tidak mendukung, letak geografis Jakarta yang tidak menguntungkan serta curah hujan yang begitu tinggi, sampah menjadi faktor yang dapat memperparah banjir di Jakarta. Sampah dapat  menutup saluran air, kali/sungai dan pintu air yang mengakibatkan air meluap.

Sebagai contoh di lingkungan kampus tercinta saya mengenyam pendidikan. Kampus A Universitas Negeri Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini, kampus ini juga terkena imbas banjir. Padahal saat awal saya masuk kuliah, tidak pernah kebanjiran. Hal ini disebabkan kurangnya lubang saluran air, kondisi got yang kecil, juga dataran kampus yang rendah. Ini tentunya menjadi tanggung jawab semua warga kampus, salah satunya adalah menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika dilihat, masih banyak warga kampus yang masih kurang peduli dengan lingkungan.
Sungguh sangat menjadi sebuah ironi bahwa musibah, kerusakan nyatanya tak dapat menyadarkan penghuni Jakarta. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Haruskah kita menunggu Jakarta tenggelam dengan banjir? Haruskan kita menunggu Jakarta tenggelam dengan lautan sampah? Jawabannya adalah Jakarta butuh kita semua, dan kita semua butuh Jakarta ... Sadarkah kita?

Referensi:

Produk Sampah

Salam Lestari :D
Siapa bilang sampah tak berguna?
Mungkin bagi sebagian orang sampah adalah barang tak berguna dan menjijikan. Eittts tunggu dulu. dengan bermodalkan kreativitas kita dapat mengubah sampah disekitar kita menjadi produk kreatif dan memiliki nilai jual. Cobalah lihat sekeliling Anda, mungkin anda menemukan inspirasi untuk membuat sesuatu. Kali ini saya akan berbagi mengenai beberapa produk yang telah saya eksplorasi bebahan dasar barang bekas dan sampah. Check this out!!!

Karya pertama, membuat tempat pensil dari botol plastik bekas dan kain perca. Ide ini muncul dari sekitar lingkungan kampus. Saya melihat banyak sekali botol plastik air mineral yang tergeletak begitu saja tanpa dimanfaatkan. Saat itu juga saya browsing, dan mendapatkan sebuah ide untuk membuat tempat pensil dari botol plastik air mineral ini. Dan inilah hasilnya ...

Karya selanjutnya adalah dengan memanfaatkan limbah kulit petai cina untuk membuat hiasan pada frame dan note. Dan inilah hasilnya :


Lumayan untuk mengisi waktu luang sekaligus ikut mendukung gerakan daur ulang sampah. Tunggu karya-karya selanjutnya :)

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers