Gak terasa 1,5 bulan berlalu
setelah pengumuman hasil IELTS gue. Well,
kali ini gue mau cerita pengalaman pertama gue ikut real test IELTS yang
biayanya bikin kantong jebol. Sekedar info, untuk test IELTS di bulan Januari
kemarin gue harus ngeluarin duit Rp2.850.000. Kebayangkan kalo nilai kita
dibawah ekspektasi, nyesek rasanya.
Setelah kepulangan gue dari Pare
Kediri tanggal 9 Desember, gue tidak langsung untuk ikut real test IELTS.
Kenapa? Karena gue sadar, gue masih belum PD buat bisa dapetin at least 6.5, dimana di akhir scoring di
Pare nilai writing gue yang dinilai oleh tutor masih memprihatinkan yaitu cuma
5.5 walau nilai listening, reading, dan speaking sudah lumayan. Strategi gue untuk mengatasi hal
tersebut adalah menyusun jadwal self-study selama gue di rumah. Komitmen gue
buat mencapai skor IELTS sesuai target, mengharuskan gue untuk belajar setiap
hari pasca kepulangan gue dari Pare Kediri.
Tapi …….. dalam implementasinya
sangat sulit. Banyak banget distraction ketika gue belajar di rumah, apalagi di
samping rumah gue ada sekolahan MI dan TPA, kebayang dong berisiknya kaya
gimana. Oleh karena itu, gue berusaha fleksibel aja dengan alokasi waktu yang
gue punya. Permasalahan pun muncul, ya terutama ketika latihan speaking. Ini sulit karena di rumah gue
gak ada yang bisa dijadikan partner
buat latihan speaking. Alhasil, dihari pertama self-study gue coba merekam
jawaban gue dengan recorder hp Cuma gue ngerasa kok pressurenya beda ya? Agak
awkward aja buat gue. Jadi selama self-study, speaking adalah skill yang gue
gak latih sama sekali. Jangan ditiru ya!
Hari demi hari self-study dengan
menggunakan timer berlalu. Setiap pagi hari, gue coba scoring listening, lanjut
reading, break, bahas listening dan reading, dan break lagi. Siangnya gue
alokasikan buat latihan writing task 1 dan task 2, dan malamnya gue habiskan
buat baca materi writing, nonton film, atau video apapun terkait IELTS (ini
bagus buat building skill).
Mau tau hasil self-study gue?
Grafik tersebut hasil gue scoring
selama 1,5 bulan dengan menggunakan soal dari Cambridge, Oxford, Soal-soal Real
Test di China, dan beberapa buku yang sudah gue print di Pare. Hasilnya
fluktuatif. Range listening gue berada di range 5.5 – 7.5 sedangkan reading gue
6.0 – 7.5. To be honest, gue emang
lebih suka reading, menurut gue asik aja gitu. Oleh karena itu, gue berharap
banget nilai reading gue bisa mendongkrak nilai-nilai gue yang lainnya.
Dari hasil ini sebenernya gue belum
yakin buat ambil real test, ditambah gue gak tau writing dan speaking gue udah
mumpuni buat test atau belum karena harus ada orang yang bisa kasih feedback buat itu. Beberapa teman
menyarankan gue untuk take seat test
dulu, setidaknya itu bakal memotivasi gue buat belajar lebih giat lagi.
Akhirnya setelah mempertimbangkan baik dan buruknya, gue pilih tanggal 21
Januari buat real test di IDP Kelapa Gading.
21 Januari pun tiba ……
Semalaman gue gak bisa tidur
karena deg-degan buat real test keesokan harinya. Akibatnya gue tidur larut
malam bukan buat belajar, tapi baca blog orang terkait pengalamannya test IELTS
sekalian chat sama teman. Keesokan harinya gue harus sampai jam 07.30 di
sekolah Rafless Crishtian School di Kelapa Gading sebagai vanue test gue. Dalam
perjalanan, gue manfaatkan waktunya buat tidur karena gue ngerasa masih ngantuk
banget. Ini mengakibatkan gue kelewatan 2 halte busway buat turun. Karena gue
belum tau posisi sekolahnya dimana, dan kuota internet gue lupa isi sedangkan
waktu sudah menunjukkan jam 07.00, akhirnya gue putuskan buat naik taksi dari
rawamangun ke tempat test. Alhamdulillah, sampai tepat waktu. Singkat cerita, pertarungan IELTS
di mulai jam 09.00. Menurut gue, test IELTS ini punya aturan yang strict banget
dan sangat sulit bahkan tidak mungkin bisa di jokikan. Dan tibalah di test
pertama, yaitu listening.
Listening section. Di awal panitia akan mengecek sound dimana jika
merasa terlalu keras atau kecil bisa segera di ubah. Ekspektasi gue adalah
audio untuk listening ini bakal pakai speaker yang kaya di sekolah-sekolah
(terpusat gitu) ternyata ekspektasi gue salah! Panitia memutar kaset materi
listening dengan menggunakan radio bermerk sam**ng di masing-masing kelas. Btw,
setiap kelas itu berisikan gabungan peserta yang ambil Academic dan General
IELTS. Buat gue audio di kelas tempat test agak kurang jernih, seperti agak
menggaung gitu.
Waktu untuk sesi listening ini
adalah 30 menit untuk menjawab 40 soal, dimana ada alokasi waktu 10 menit buat
menyalin jawaban ke answer sheet, jadi total waktunya 40 menit.
Uniknya, tipe soal listening ini ada macam-macam. Ada yang berupa isian
singkat, mencocokkan denah atau topic tertentu, dan pilihan ganda. Kunci utama
sesi ini adalah FOKUS. Tapi, di test kemaren ada beberapa soal yang gue
kehilangan focus buat menjawab.
Tips buat listening:
1. Focus adalah kunci utama
2. Baca directionnya terlebih dahulu, karena tiap soal beda-beda. Ada yang NO MORE ONE WORD, TWO WORDS and so forth lah
3. Kalo gue selalu baca soalnya terlebih dahulu sebelum speakernya ngobrol dan menggaris bawahi kata yang bisa dijadikan keyword. Ini memudahkan kita buat guessing jawaban yang diminta.
4. Jika kehilangan focus di satu soal, tinggalkan saja, langsung focus lagi ke soal berikutnya supaya bisa terjawab.
5. Untuk isian yang kira-kira jawabannya berupa nominal uang biasanya gue tulis dengan symbol di soal. Misalkan, 1,750 (one thousand seven hundred and fifty) dollar bakal gue tulis jadi 1t7h50, ini memudahkan gue buat nyalin jawaban ke answer sheet.
6. Perhatikan struktur kalimat yang jadi pertanyaan. Kaya test kemarin, yang gue denger adalah kata “democrate” sedangkan di soal tertulis “………… workplace”. Nah, berarti yang harus kita tulis adalah bentuk adjective nya karena itu akan menjelaskan si noun (workplace). Ini yakin banget gue salah L
7. Singular dan plural. Ini penting banget. Kaya kemarin gue nulis 40 minutes kurang (s). Yah, salah lagi deh L
8. Karena tidak ada pengurangan nilai seperti SBMPTN, maka kemampuan guessing menjadi strategi terakhir buat jawab soal-soal yang kita gak denger, ini untung-untungan.
Hasil listening gue ternyata di
bawah ekspektasi yaitu x.5 (guessing sendiri ya nilai x nya). Padahal kemarin
gue lumayan yakin. Hmm.
Reading section. Ketika waktu habis, maka tidak diperkenankan untuk
menulis apapun, karena jika ketahuan akan mendapat catatan buruk yang berakibat
pengurangan nilai hasil IELTS anda. Setelah listening, langsung lanjut ke sesi
berikutnya yaitu reading. Ekspektasi gue di reading sangat besar karena menurut
gue readingnya lumayan gampang. Awalnya gue berharap dapet banyak soal
yang isian titik-titik tapi malah kebanyakan dapet soal pilihan ganda. Tipe
soal reading juga menarik. Ada isian singkat, pilihan ganda, mencocokkan
heading, True, Yes, False, No, Not Given (Ini yang sering mengecoh). Waktu di
test ini adalah 60 menit untuk 40 soal dimana tidak ada tambahan waktu untuk
menyalin jawaban.
Tips reading:
1. Lagi dan lagi Focus adalah kunci utama
2. Baca directionnya terlebih dahulu, karena tiap soal beda-beda. Ada yang NO MORE ONE WORD, TWO WORDS and so forth lah
3. Jawab soal per tipe bukan per passage. Kalo gue yang akan gue kerjakan di awal adalah yang berupa isian titik-titik karena relative lebih mudah menemukan keyword (entah itu nama orang, tahun dll). Jadi dengan scanning/skimming menemukan keyword bisa menghemat waktu, sedangkan yang akan gue kerjakan di akhir adalah tipe soal heading ini dikarenakan harus paham isi tiap paragraph. Perlu diingat, reading ielts punya tingkat paraphrase yang lumayan tinggi.
4. Ketika dapat jawaban, langsung tulis di answer sheet
5. Lihat juga struktur soal untuk bagian isian, singular dan plural diperhatikan ya, jangan sampai karena kelebihan atau kekurangan s/es malah jadi salah jawabannya
6. Baca direction hati-hati. Bedakan Yes, No dengan True False, ini akibatnya bisa fatal.
Hasil reading gue sudah lumayan,
tapi masih di bawah ekspektasi gue, yaitu: x.5. Agak ngenes juga kemarin
kekurangan waktu buat ngebenerin 2 jawaban soal yang gue tulis kebalik. Kesel
sih ini.
Writing section. Ini merupakan part yang paling complicated menurut
gue. Di test writing kita akan dihadapkan 2 buat soal yaitu Task 1 dan Task 2.
Sedikit gambaran, Task 1 itu kita diminta untuk mendeskripsikan bar chart, line
chart, pie chart, table, ataupun map, sedangkan di task 2 kita diminta untuk
memberikan respon terhadap sebuah topic, bisa setuju atau tidak setuju, positif
dan negatif, masalah dan solusi. Total waktu yang diberikan adalah 60 menit.
Di test kemarin, gue dapat 3 buah
pie chart dengan topic penyebaran siswa setelah lulus untuk tema task 1 sedangkan task 2 gue
dapat topic leisure time. Jujur ketika di sesi writing, kepala gue udah sedikit
sakit. Mungkin akumulasi dari kurang tidur dan gak terlatih buat ngerjain
listening, reading, dan writing secara berurutan. Ini ternyata penting banget
biar pas di hari H gak kaget.
Strategi gue adalah mengerjakan
writing task 2 terlebih dahulu baru ke writing task 1. Kenapa? Karena bobot
writing task 2 lebih besar dibandingkan task 1. Bermodalkan self-study, gue gak
pernah latihan buat soal dengan topic leisure time. Oh my ….. gue takut ide
yang gue tulis out of topic. Gue juga
khawatir, essay yang gue tulis tidak menjawab task respond soal termasuk ketentuan minimal 250 kata. Pada saat
tes, campur aduk pokoknya. Gue berusaha tenang dengan brainstorming terlebih dahulu untuk memikirkan ide jawaban. Ketidaknyamanan
gue berlanjut ketika gue menyadari beberapa kali salah menulis vocab, tiba-tiba
aja gitu gue stuck bahkan lupa cara nulis kata neighbor seperti apa. Melihat dan memperkiran task 2 sudah melebihi
250 kata dan waktu sisa 19 menit lagi, gue langsung menuju writing task 1. Gue luangkan
waktu buat memahami ketiga pie chart untuk mendapatkan trend nya yang bakal gue
jadikan sebagai gambaran umum. Di writing task 1 ini kita diminta untuk menulis
150 kata. Di tes kemarin, gue baru menyadari kalau trend yang gue tulis tidak mengcover ketiga pie chart. Karena pada saat itu sisa 1 menit, gue putuskan untuk
tidak merubah jawaban gue, khawatir malah tidak terselesaikan.
Gue kepikiran banget nih hasil
writing gue jika dibandingkan dengan listening dan reading. Dan hasilnya,
beyond my expectation yaitu x.0. Untuk writing memang gue gak mentargetkan
tinggi. Asal cukup, itu sudah Alhamdulillah banget. Selesai juga serangkaian
written test dan waktu menunjukkan pukul 11.50. selanjutnya panitia tes
memberikan arahan untuk tes speaking, dan ternyata gue dapet jam 19.30.
Speaking section. Karena jadwal speaking gue malam dan harus
standby lagi jam 17.30 akhirnya gue putuskan untuk ke UNJ buat ishoma dan
ketemu temen yang sedang mengerjakan tesis. Beruntung venue test tidak terlalu
jauh dari UNJ. Dengan perasaan pasrah dan terseok-seok (ini lebay) gue sampai
kampus. Setelah ishoma dan ngobrol-ngobrol dengan teman, bukannya latihan
speaking gue malah tidur, iya tidur. Lumayan 1 jam gue tidur. Sekitar jam 16.30
gue langsung pergi lagi ke venue test. Sampai disana terlihat hanya beberapa
peserta yang sedang menunggu. Ternyata dan ternyata, jadwal speaking gue jadi
maju jam 17.30 dikarenakan banyak para peserta yang masih dalam perjalanan dan
belum datang. Beruntung sih, gue jadi gak pulang terlalu malam.
Akhirnya, nama gue pun di
panggil, sebelum masuk kita harus scan jari lagi untuk menjaga keaslian
peserta. Gue lupa nama bule penguji gue siapa, yang jelas beliau sangat murah
senyum. Beruntung banget, jadi gue gak terlalu terintimidasi buat menjawab. Well,
di speaking test nanti akan ada 3 part. Part 1 umumnya akan ditanya seputar hal
general, seperti home, neighborhood,
teacher, your favorite subject at school etc. Di part 1 gue merasa bisa
menjawabnya dengan lumayan. Lanjut ke part 2. Di part ini kita akan diberikan
sebuah que card yang berisikan topic
dan beberapa pertanyaan yang digunakan untuk memudahkan kita menjawab agar
lebih terstruktur. Topiknya macam-macam, kemarin gue dapat topic tentang
bisnis. Di part 2, kita akan diberikan waktu sekitar 1 menit untuk memikirkan
atau menyusun jawaban di selembar kertas, yang selanjutnya kita komunikasikan
selama 2 menit untuk menjawab secara monolog. Gue gak terlalu puas di part ini karena gue kurang
mulus dan sempet beberapa kali mengelurakan filler. Selanjutnya di part 3, kita
akan mendiskusikan topic yang ada di part 2. Contohnya gue kemarin dapat
pertanyaan, menurut kamu lebih penting mana practical skill atau academic background
untuk memulai sebuah bisnis? Di part ini jug ague kurang maksimal karena gue
ngerasa ada pertanyaan yang gue jawab out
of topic (ini gue sadar banget). 13 menit pun berlalu, dan speaking test
pun berakhir.
Finally, hasil speaking gue di bawah
ekspektasi gue, yaitu x.5. Usaha sudah, berdoa juga sudah. Dalam setiap doa gue
hanya berharap “Semoga Engkau memberikan hasil yang terbaik bagi hambaMu ini, jika
memang belum saat nya, permudahlah hambaMu ini untuk ikut test IELTS lagi, saya
siap untuk belajar lagi.”
Overall, skor perdana IELTS gue sudah
cukup untuk digunakan daftar beberapa beasiswa. Sampai saat ini, gue masih
menunggu hasil pengumuman beasiswa yang telah gue daftar. Doakan ya J