Jakarta Ku Sayang, Jakarta Ku Malang …
Jakarta sebuah kata yang memiliki sihir
bagi sebagian orang. Jakarta merupakan sebuah kota besar sekaligus menjadi Ibu
Kota dari bangsa ini. Dengan memiliki daya tarik yang tinggi, Jakarta mampu
menjadi pusat pemerintahan bahkan sumber ‘perekonomian’ sehingga banyak
mendatangkan masyarakat dari luar Jakarta untuk mengadu nasib di Jakarta.
Berbagai permasalahan pun muncul di kota ini. Mulai dari sektor pendidikan, kesejahteraan,
perekonomian dan juga permasalahan lingkungan. Berbicara mengenai permasalahan
lingkungan di Jakarta sudah teramat kompleks. Kepadatan penduduk di Jakarta
berbanding lurus dengan tingkat konsumsi yang berimas langsung dengan
meningkatnya volume sampah yang dihasilkan dari tingkat konsumsi tersebut.
Tak dapat dipungkiri, ketika kita
menelusuri jalanan di Jakarta dengan mudahnya kita akan menemukan sampah yang
tergeletak manis begitu saja. Jakartaku kini tak seindah dulu. Menurut Kepala
Suku Dinas Kebersihan DKI,Eko Bharuna tiap harinya Jakarta menyumbang 6.500
ton sampah dan naik 5 persen setiap tahunnya. Sampah tersebut dihasilkan oleh
penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta orang. Angka 10 juta tersebut tidak
termasuk 2,5 juta warga yang biasa kerja di Jakarta pada siang hari.
Produksi sampah sekarang ini sebanding dengan 28.000 m3.
Bila volume ini dibayangkan dengan perbandingan luas lapangan bola (105 m x 70
m) dengan tinggi 1 m, maka perhari luas sampah di DKI Jakarta hampir 4 kali
lapangan bola tersebut untuk perhari atau bisa disamakan dengan setengah volume
candi Borobudur yang volumenya mencapaai 50.000 m3 per hari.
Dapatkah kita bayangkan, seperti apa volume sampah per minggu, perbulan, dan
pertahun?
Meningkatnya volume sampah di Jakarta menjadikan Jakarta kotor dan
menimbulkan pencemaran. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencintai
lingkungan menjadi point utama dalam permasalahan sampah di Jakarta.
Banyak orang yang tidak merasa malu jika membuang sampah sembarangan. Bahkan
dengan rasa tak bersalah, banyak orang yang membuang tissu, botol air mineral,
bungkus permen di berbagai tempat umum seperti halte dan lain sebagainya.
Parahnya, masalah sampah seolah bukan menjadi tanggung jawab manusia. Manusia
dengan senangnya memikirkan kepuasan diri sendiri tanpa memikirkan
keberlanjutan alam ini. Sebagai contoh, pada acara Jakarta Night Festival
tahun 2012. Acara tersebut menghasilkan 600 ton sampah atau sekitar 10 persen
dari sampah yang dihasilkan seluruh wilayah DKI Jakarta dalam sehari. Jumlah
tersebut terbilang fantastis karena sekitar satu juta warga yang datang dari Jakarta
dan sekitarnya hanya memenuhi kawasan Senayan – Medan Merdeka Barat dan hanya
berlangsung dalam waktu 5 jam saja, yakni pukul 21.00 - 02.00 wib. Oleh karena
itu, sangat penting jika pendidikan di Indonesia juga menerapkan pendidikan
lingkungan hidup agar masyarakatnya juga mengerti akan pentingnya menjaga
lingkungan.
Selain itu, penyebab lain dari penumpukan sampah di Jakarta adalah
kurangnya fasilitas tong sampah, truk sampah, tukang angkut sampah dan tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah. Dapat kita lihat, diberbagai daerah sebagai
contoh di Jakarta Barat sangat terlihat kurang sekali fasilitas tong sampah
untuk menampung sampah rumah tangga. Akibatnya, tak sedikit masyarakat yang
dengan mudahnya membuang sampah ke kali yang berada di dekat tempat tinggal
mereka. Saat ini Dinas Kebersihan DKI memiliki:
1.
797
unit truk sampah, di mana 46% rusak atau tidak layak jalan serta hanya mampu
mengirim sampah satu rit per hari.
2.
Pegawai
DKI yang mengurus lingkungan hanya 80 ribu.
3.
Satu-satunya
TPA di DKI Jakarta hanya Bantar Gebang yang beroprasi sejak tahun 1989 dengan
luas 108 hektar dan didesain untuk menampung 19 juta m3 dan sekarang
sudah terisi 9 juta m3.
4.
Lokasi
penampungan sampah sementara sekarang ditentukan oleh masyarakat dan
difasilitasi lurah camat setempat.
Melihat kondisi diatas, kecamatan dan kelurahan memegang peranan
penting dalam permasalahan sampah. Tukang angkut sampah belum menjadi bagian
dari pengelolaan pemerintah kota tetapi masih menjadi tanggung jawab masyarakat
demikian juga dengan tempat pembuangan sampah sementara yabng ditentukan oleh
kelurahan.
Berdasarkan pengalaman hidup di Jakarta, penarikan retribusi sampah
ke masyarakat sekitar tidaklah mudah. Banyak masyarakat yang masih enggan dan
sulit untuk membayar retribusi tersebut. Kondisi ini justru terbalik dengan
Jerman. Di Jerman, tukang angkut sampah menjadi bagian dari pengelolaan sampah
pemerintah kota sehingga masyarakat pun akan patuh dan terikat dengan peraturan
yang berlaku.
Penyebab lainnya adalah kurang tegasnya pemerintah dalam
menjalankan peraturan yang telah ditetapkan. Terutama mengenai peraturan
kebersihan di DKI Jakarta. Sebagai contoh, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013
tentang pengolaan sampah yang telah di sahkan pada Mei 2013 laulu di DPRD DKI
memuat sanksi pada pelanggar dari masyarakat dan perusahaan. Guberbur DKI juga
mendenda warganya yang membuang sampah sembarangan maksimal Rp. 500 ribu.
Pada pasal 126 di Perda itu juga membahan mengenai larangan
membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) pada jam 06.00-21.00 wib. Masyarakat juga dilarang keras
membuang sampah di lokasi tertentu seperti sungai/kali, kanal, waduk, situ dan
saluran air limbah, jalan, taman serta tempat umum.
Lain hal pada Pasal 127. Pasal ini membahas tentang sanksi soal masyarakat
yang sengaja tidak melakukan pemilihan sampah. Sanksinya adalah sanksi
administratif dari RW setempat. Bagi pihak pengelola kawasan pemukiman,
komersil, industri dan kawasan khusus akan dikenakan sanksi Rp 10-15 juta jika
tidak menyediakan fasilitas pengelolaan sampah. Pengelola fasilitas sosial dan
fasilitas umum akan diganjar dengan denda Rp 1-5 juta. Bagi pelanggar yang
sengaja membuang sampah ke sungai, waduk, situ, saluran air limbah, di jalan,
taman atau tempat umum lainnya, maka akan dikenakan denda Rp 500 ribu.
Sedangkan pengelola pusat belanja akan dikenakan denda Rp 5-25 juta jika tidak
menggunakan kantong plastik ramah lingkungan.
Peraturan telah dibuat. Kini saatnya untuk pemerintah tegas dalam
menjalankan peraturan tersebut. Jangan sampai peraturan dibuat hanya sebagai
pajangan tertulis. Andai saja peraturan ini diterapkan, permasalahan sampah
akan sedikit berkurang karena sistem yang berlaku dan memaksa manusia untuk
tidak membuang sampah sembarangan.
Permasalahan
sampah di DKI Jakarta merupakan sebuah permasalahan yang bercabang. Artinya
permasalahan sampah ini dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan lainnya.
Salah satunya adalah banjir. Sepertinya musim banjir tak lagi berlaku di
Jakarta. Banjir dapat datang dengan sesuka hati jika curah hujan yang sangat
tinggi di ibu kota. Walaupun permasalahan sampah bukanlah penyebab utama dari
banjir, selain tata kota yang tidak mendukung, letak geografis Jakarta yang
tidak menguntungkan serta curah hujan yang begitu tinggi, sampah menjadi faktor
yang dapat memperparah banjir di Jakarta. Sampah dapat menutup saluran air, kali/sungai dan pintu
air yang mengakibatkan air meluap.
Sebagai contoh di lingkungan kampus tercinta saya mengenyam
pendidikan. Kampus A Universitas Negeri Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini,
kampus ini juga terkena imbas banjir. Padahal saat awal saya masuk kuliah,
tidak pernah kebanjiran. Hal ini disebabkan kurangnya lubang saluran air,
kondisi got yang kecil, juga dataran kampus yang rendah. Ini tentunya menjadi
tanggung jawab semua warga kampus, salah satunya adalah menjaga lingkungan
dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika dilihat, masih banyak warga
kampus yang masih kurang peduli dengan lingkungan.
Sungguh sangat menjadi sebuah ironi bahwa musibah, kerusakan
nyatanya tak dapat menyadarkan penghuni Jakarta. Lalu, apa yang dapat kita
lakukan? Haruskah kita menunggu Jakarta tenggelam dengan banjir? Haruskan kita
menunggu Jakarta tenggelam dengan lautan sampah? Jawabannya adalah Jakarta
butuh kita semua, dan kita semua butuh Jakarta ... Sadarkah kita?
Referensi:
1 comments:
How to make money from sports betting
What is the most basic form of sports betting? — 온카지노 What is the most basic หารายได้เสริม form of betting? In the case of 인카지노 sports betting, it is simply the form of gambling you choose.
Post a Comment