Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkah kayu dan batu jadi tanaman
Kita pasti tahu sebait lirik tersebut. Ya, lirik tersebut adalah
lirik lagu “kolam susu” dari Koes Plus. Itulah sedikit gambaran tentang negeri
kita. Indonesia namanya. Negeri yang ‘katanya’ memiliki tanah dan sumber daya
alam yang melimpah. Mungkin kalimat tersebut
terdengar tak asing bagi kita. Tak dapat dipungkiri betapa indahnya
negeri ini. Negeri yang menjadi surga keindahan dunia. Lihat saja Bali.
Pesonanya yang sudah mendunia membuat decak kagum bagi manusia di dunia. Belum
lagi keindahan Indonesia yang belum terjamah oleh mata manusia. Sungguh bangga
rasanya menjadi warga negara Indonesia. Tak dapat dipungkiri betapa kayanya
alam di negeri ini. Negeri yang memiliki hamparan luas hutan, sawah, tambang
emas, laut dan lainnya. Tak dapat dipungkiri betapa kayanya suku dan budaya di
Indonesia. Dapatkah kita menyebutkan semuanya? Banyak sekali, jawabannya.
Mungkin kita hanya mengenal budaya-budaya yang akhir-akhir ini heboh menjadi
pemberitaan publik karena di klaim oleh negara tetangga seperti batik,
angklung, tari tor-tor, tari kecak, reog dan sebagainya. Pertama yang harus kita sadari adalah inilah
Indonesia, negeri yang punya segalanya.
Pertanyaan yang muncul, mengapa Indonesia tak bisa keluar dari
berbagai permasalahan multidimensi? Indonesia tak butuh dunia, tetapi dunialah
yang membutuhkan Indonesia. Semuanya dapat kita temukan di Indonesia. Contoh
sederhana, Indonesia adalah paru-paru dunia. Kayanya hamparan hutan
menghijaukan bumi pertiwi ini. Bisa saja semua pohon yang ada di Kalimantan
kita tebang semua, maka kiamatlah dunia ini. Dunia itu butuh Indonesia. Negara
lain tak akan kaya jikalau bukan karena Indonesia. Lihat saja berapa banyak
orang Indonesia yang pergi berlibur tiap bulannya ke luar negeri. Bisa
dibayangkan berapa banyak uang yang masuk bagi negara-negara tersebut. Belum
lagi apartemen-apartemen di luar negeri yang dibeli oleh orang Indonesia
walaupun harga yang ditawarkan selangit. Dan lihatlah, berapa banyak orang yang
lebih mencintai produk luar negeri daripada produk dalam negeri.
Mungkin tepat kiranya, negara-negara lain tak berdiri tanpa
Indonesia. Apakah kita tahu, Agustus kemaren dunia mengalami krisis beras.
Indonesia tak sedikit pun kekurangan beras. Disamping itu, Indonesia merupakan
negeri surga bisnis. Lihat saja Kalimantan yang menjadi salah satu pulau kaya
akan pasir permatanya. Lihat lagi tambang Grasberg yang
merupakan tambang emas dunia terbesar di Provinsi Papua Indonesia. Sayang,
semuanya itu dikuasai oleh perusahaan asing. Sadarkah kita kalau negara-negara lain itu takut untuk melakukan
embargo terhadap Indonesia.
Indonesia punya segalanya. Negara lain takut jika Indonesia mandiri
tidak dapat diembargo lagi. Seharusnya, kita sebagai warga negara Indonesia
yang mengembargo diri sendiri. Sederhana saja, belilah pangan dari petani-petani
sendiri, dengan begitu kita membantu untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan
petani lokal. Belilah tekstil garmen dari pabrik-pabrik sendiri. Cintai produk Indonesia
dengan tidak perlu mengimport barang dari luar negeri. Cintai keindahan wisata
Indonesia dengan tidak berwisata ke luar negeri. Cintai budaya Indonesia dengan
bangga belajar dan mempresentasikan budaya bangsa. Cintai aset alam Indonesia
dengan memanfaatkannya secara bijak serta mampu menjaganya. Sekarang, semua ini
menjadi tanggung jawab kita bersama. Indonesia ibarat miniatur dunia. Bukalah
mata, inilah Indonesiaku!
0 comments:
Post a Comment