Apa yang ada di dalam pikiran anda ketika
mendengar kata “Belanda”? Kincir angin, keju, bunga tulip atau bendungan Den Haag? Jika
berbicara mengenai negara Belanda, satu hal yang menarik perhatian saya yaitu budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu
budaya di Belanda tersebut adalah budaya bersepeda.
Budaya bersepeda di Belanda sudah di mulai
sejak tahun 1970-an. Namun, sejarah persepedaan di Belanda dimulai pasca perang dunia II tahun
1948-1970, di mana pendapatan perkapita rata-rata penduduk
Belanda meningkat tajam. Meningkatnya pendapatan perkapita ini berdampak pada naiknya
daya tarik pembelian mobil. Sayangnya, tata kota di negara Belanda tidak
mendukung cepatnya laju kepadatan mobil karena jalan-jalannya yang sempit
sehingga menggangu tingkat kualitas kehidupan di Belanda. Hal tersebut
menyebabkan munculnya krisis multidimensional di Belanda. Dimulai dari krisis
tata kota. Dengan naiknya daya tarik pembelian mobil namun tidak diimbangi
dengan lahan yang memadai, menyebabkan banyak gedung-gedung yang harus
dihancurkan untuk ruang parkir dan
jalan-jalan mobil. Hal ini juga akan mendorong munculnya krisis kebersihan
udara serta krisis keamanan lalu lintas yang menjadikan anak-anak sebagai
korban kecelakaan lalu lintas dan memicu kampanye “stop de kindermoord”
(stop the child murder). Krisis
bahan bakar dan energi pun tak luput terjadi disebabkan mahalnya harga minyak
sehingga bahan bakar pun terbatas dan memicu terjadinya krisis ekonomi di
Belanda.
Adanya
kampanye “stop de kindermoord” (stop the child murder) membuat para
pemimpin dan pemegang kebijakan di Belanda saat itu untuk mencari solusi yang
kreatif untuk menjawab krisis multidimensional tersebut. Solusi dari krisis
tersebut adalah menjadikan bersepeda sebagai sebuah budaya. Mungkin, tanpa
adanya krisis multidimensional tersebut, Belanda tidak akan mendapat gelar
sebagai the world’s number one cycling country dengan jumlah sepeda yang
melebihi jumlah penduduknya.
(Bukan) Simsalabim!
Pahitnya krisis multidimensional yang muncul kini berbuah manis
menjadikan kekuatan infrastruktur, kebijakan, dan budaya bersepeda sebagai
sebuah kesatuan sistem yang prima, berkelajutan, dan penuh inovasi. Budaya
bersepeda menjadikan Belanda sebagai negara yang aman, bersih, serta memiliki
tata kota dan tingkat perekonomian yang baik. Faktanya, dibutuhkan waktu sekitar 35
tahun untuk mencapai hasil tersebut.
Tidak
ada yang membedakan antara penduduk Belanda dengan penduduk negara lainnya. Hal
yang membedakannya adalah orang Belanda tidak menggunakan kendaraan bermotornya
setiap kali mereka berpergian. Sebanyak 27% dari total perjalanan penduduk
Belanda dilakukan dengan bersepeda. Presentase ini jauh lebih tinggi dibanding
negara-negara maju lain seperti Denmark (18%), Jerman (12%), dan Amerika
Serikat (1%). Inilah mindset yang
harus dibangun oleh seluruh pemimpin, pemegang kebijakan serta penduduk di
seluruh dunia bahwa dengan sebuah budaya kita dapat menyulap sebuah krisis multidimensional
menjadi sebuah solusi yang berkelanjutan.
Tak
ada kata telat untuk menjadikan bersepeda sebagai sebuah budaya, seperti yang
dapat kita pelajari dari Belanda. Yuk, kita jadikan bersepeda sebagai budaya di
Indonesia!
Referensi:
0 comments:
Post a Comment