Matematika. Ya, matematika.
Bagi saya matematika adalah sebuah pelajaran yang sangat menyenangkan. Saya mulai menyukai matematika sejak
bangku SD bahkan hingga di bangku perkuliahan saat ini. Hal itu terlihat wajar karena
sekarang saya sedang melanjutkan kuliah
di jurusan matematika. Namun yang masih menjadi sebuah dilema pada pembelajaran
matematika saat ini adalah image matematika yang sulit dan kurang
bermakna bagi siswa. Diantara penyebabnya adalah matematika modern saat ini hanya
menyajikan matematika sebagai produk jadi, siap pakai, abstrak dan
diajarkan secara mekanistik, serta guru hanya mendiktekan rumus ke siswa. Oleh
karena itu, diperlukan adanya sebuah inovasi di dalam dunia pendidikan matematika.
Inovasi tersebut pun datang
dari sebuah negeri yang terkenal dengan kincir anginnya. Negeri yang pernah
menjajah Indonesia selama 350 tahun. Sebuah negeri yang menjadi pioneer
bagi negeri lainnya. Ya, Belanda nama negeri itu. Sebuah inovasi pendidikan
matematika yang tertiup dan terbawa sampai ke Indonesia adalah RME (Realistic
Mathematics Education).
Berbicara tentang sejarah, Pendidikan Matematika Realistik atau Realistic
Mathematics Education (RME) muncul karena adanya keinginan meninjau kembali
pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pembelajar.
Awalnya inovasi ini diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre pada tahun 1968
melalui proyek Wiskobas. Sampai sekarang, bentuk RME yang ada sebagian besar dilandasi
oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika, yaitu menempatkan matematika sebagai suatu
bentuk aktivitas manusia (mathematics as human activity). Ini artinya matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari. Pendidikan Matematika Realistik tidak hanya bermanfaat
untuk mengembangkan kemampuan penalaran matematika, namun juga bisa mengembangkan kreativitas dan kemampuan komunikasi
siswa. Pelajaran matematika juga harus memberikan kesempatan kepada pembelajar
untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya.
Artinya dalam pendidikan matematika, sasaran utama matematika adalah sebagai
kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus
pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi”.
Dalam perkembangannya, Realistic Mathematics Education (RME) membawa
angin segar bagi pendidikan matematika di Indonesia. RME adalah sebuah inovasi
yang melahirkan inovasi baru. Inovasi baru itu bernama PMRI (Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia). PMRI
digagas oleh sekolompok pendidik matematika di Indonesia. Pada tahun 1990-an,
pendidikan matematika di Indonesia mulai meninggalkan matematika modern yang
dapat membuat siswa menjadi takut terhadap matematika dan mencari solusi dari
permasalahan tersebut. Oleh karena itu, butuh adanya inovasi baru yang
bertujuan agar matematika itu tidak menakutkan dan dapat menjadi teman yang
ramah serta menaikkan prestasi matematika siswa di dunia internasional. Akhirnya, RME sebagai inovasi itu datang dan telah sukses diterapkan di Belanda dan di negara-negara lainnya. Datangnya
tiupan inovasi tersebut sampai ke Indonesia, diharapkan dapat menjadi sebuah
udara segar bagi guru untuk dapat mengajarkan matematika menjadi berarti dan
bermakna di dalam kehidupan sehari-hari, serta mengubah image matematika
yang sulit dan menakutkan menjadi mudah dan menyenangkan.
Referensi:
http://blog.unsri.ac.id/userfiles/MRE.pdf
0 comments:
Post a Comment