Assalamu’alaykum semua, udah lama
banget gue gak nulis di blog lagi karena beberapa kesibukan yang ada di hidup
gue *jadiorangsibukceritanya. Sebenernya banyak banget cerita yang mau gue
tulis di blog, tapi apa daya semesta belum mendukung.
Well, kali ini gue mau cerita
tentang pengalaman gue hidup di Kampung Inggris Kediri selama kurang lebih 4
bulan. Tentunya Kampung Inggris bukan tempat yang asing dong buat lo semua? Cuma
gue perlu luruskan, banyak orang bilang kalau di Kampung Inggris itu semua
penduduk sampai dengan pedagang makanan berbahasa inggris di kegiatan
sehari-hari mereka. Itu SALAH BESAR. Jadi, dinamakan Kampung Inggris karena
disana itu ada sekitar ratusan lembaga kursus bahasa inggris dengan reasonable
price lah. Cocok banget buat kantong pelajar.
Setelah memutuskan untuk
mengundurkan diri dari sekolah (cerita sebelumnya ada disini), tibalah saat nya
gue untuk mempersiapkan belajar di Kampung Inggris. Berikut ini beberapa tips ala
gue selama belajar dan hidup di Kampung Inggris.
Tetapkan niat dan tujuan. Ini penting banget buat kalian yang
berencana memperdalam bahasa Inggris di Kampung Inggris Kediri karena disana
banyak sekali lembaga kursus. Karena niat gue kesana mau belajar tentang IELTS,
akhirnya gue tanya dan survey teman-teman gue yang sudah pernah belajar disana.
Gue sengaja ambil IELTS karena sepengetahuan gue saat itu, belajar IELTS itu
sangat komprehensif dimulai dari listening, reading, speaking dan writing,
which is important in this globalized era. Ini sangat penting karena disana itu
banyak banget travel yang bakal ngebawa lo buat liburan tiap weekend untuk
menjelajahi Jawa Timur bahkan sampai dengan Bali. Makanya, gue berjanji selama
belajar disana gue mau fokus dan gue akan liburan setelah belajar selesai atau
at least masa belajar gue hampir habis.
Pilih tempat kursus yang sesuai. Ini juga penting apalagi buat yang
mau ambil IELTS karena lembaga yang menyediakan lembaga IELTS disana tidak
terlalu banyak. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya gue putuskan untuk ambil di
English Studio dengan program Pre IELTS 1 – Band 6 yang memakan waktu 4 bulan.
Setelah menganalsis beberapa teman disana, alangkah lebih baiknya jika kalian
belum memiliki basic bahasa inggris yang bagus, sebelum ambil kelas IELTS mantapkan
dulu basicnya karena ini akan menentukan hasil maksimal atau tidaknya nanti.
Jangan ikuti ego sendiri, saya jadi teringat salah satu ucapan tutor tempat
saya belajar “ In learning IELTS, there
is no shortcut to get maximal score” jadi kalau bisa disimpulkan, IELTS
itu erat kaitannya sama jam terbang kalian mendalami bahasa inggris itu
sendiri. Makanya gak jarang, untuk mendapat score overall 6.5 banyak orang
belajar mati-matian sampai belasan bulan. Ibaratnya dengan IELTS overall 6.5 dimana setiap komponennya at least 6 bakal membuka kesempatan yang luas untuk mengejar karir ataupun studi dengan beasiswa.
Bawa obat pribadi ya. Selama 4 bulan disana gue pernah sakit asam
lambung yang membuat gue 2-3 hari gak masuk kelas sampai akhirnya dibawa ke
rumah sakit HVA Tulungrejo sama temen kosan. Thanks banget lah buat Wanda. Yang
harus diperhatikankan adalah pintar-pintar pilih makanan. Banyak banget makanan
murah yang menggiurkan disana, jangan heran dengan uang 12000 kita udah bisa
dapet segelas es teh manis, nasi + ayam bakar + lalapan, ditambah sama cah
kangkung. Cuma harus hati-hati pilih yang menurut kalian sehat dan bersih
sebagai saran usahakan tiap hari makan buah-buahan dan madu buat jaga stamina.
Karena beberapa lembaga punya jam belajar 8 jam perhari. Contoh, gue belajar
dari jam 06.00 – 10.00 lanjut lagi jam 13.00 – 17.00 dan malam bisa digunakan
buat mengerjakan tugas atau mau review materi sebelumnya. Yang jelas ini bakal
nguras banget pikiran karena tiada hari tanpa writing, belum lagi memorizing.
Sangat padat! 24 jam di Pare sangat gak kerasa, gue saranin buat yang mau ambil
IELTS banyakin puasa sunnah aja :p. Makanya gak jarang banyak yang kandas
ditengah jalan bahkan baru 1-2 hari masuk kelas IELTS udah gak kuat.
Pilih tempat kos yang menunjang. Di Pare, banyak banget kosan dari
yang murah sampai yang mahal. Yang perlu diperhatikan adalah cari lingkungan
kosan yang kondusif buat belajar dan fasilitas yang cukup buat kegitan
sehari-hari. Penting juga untuk mencari patner kosan yang bisa saling support.
Alhamdulilah selama di Pare saya dipertemukan dengan orang-orang luar biasa,
dari mahasiswa berprestasi, awardee LPDP, aktivis, peneliti dari LIPI, dosen bahkan sampai orang
Jepang asli pun pernah bersebelahan dengan kamar saya. Decak kagum saya pada
mereka dimana beberapa mengorbankan keluarga dan anak untuk belajar bahasa
inggris lebih dalam lagi. Gue belajar banyak dari orang-orang yang gue temui di
Pare dengan semua pengorbanan dan semangat belajarnya yang sangat tinggi.
Terima kasih buat anak-anak kosan Sakura 11B dan bapak/ibu kosan buat segala motivasi
dan bantuannya, skoring bareng tiap weekend, sampai bersih-bersih kosan. Oh iya,
beberapa lembaga juga menyediakan “CAMP” dimana disana akan ada program
tambahan dan lo bisa dikontrol oleh pihak lembagaa kursus.
Akomodasi. Yang gue senang hidup di Pare gak ada macet brayyy. Beda
banget sama kota-kota besar dimana sesak banget sama kendaraan pribadi kaya
mobil dan motor. Tinggal di Pare juga bisa mengajari lo untuk hidup sehat. Biasanya
para pelajar di Pare menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama karena
gak ada angkot disana, yang ada hanya tempat penyewaan sepeda, motor, dan
mobil. Buat sepeda, lo bisa sewa dengan harga 50000 – 200000 per bulan, saran
gue kalau lo tinggal lama di Pare mending lo sekalian beli sepeda bekas aja,
nanti setelah lo selesai belajar disana lo bisa jual lagi sepedanya, lumayan
hemat. Another compelling reason why I love studying in Pare because orang local disana
itu ramah-ramah dan baik banget. Dimana senyum manis dari mereka bakal lo lihat
ketika berpapasan atau bertemu dengan mereka.
Provider dan Sarana Publik. Pengalaman gue pribadi, di sekitar
kosan gue cuma indos*at yang punya sinyal kenceng buat sekedar browsing. Makanya
saran gue sih mending beli/bawa wifi atau lo cari kosan yang punya wifi. Tapi jangan
khawatir, beberapa tempat makan di Pare juga menyediakan wifi yang cukuplah
buat ngerjain tugas atau download film. Buat yang punya hobi olahraga, di Pare
itu ada stadion yang cukup luas (*kalau gak salah stadion Bhirawa namanya), ini
bisa lo jadiin sebagai tempat favorit lo to calm your busy mind (*tapi biasanya
anak-anak lebih pilih tidur wkwkwk). Beruntung banget gue punya tim hore yang
bisa diajak buat sekedar lari dan car free day an terus hunting kuliner (soto, pentol, olahan bebek, singkong keju, sempol) to kill
our free time at weekend. Buat yang suka berenang, jangan sedih disana juga ada
beberapa kolam renang yang harganya reasonable lah.
Pergilah kau, kan kau dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air yang dia menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak akan keruh menggenang.(Imam Syafi'i)
0 comments:
Post a Comment