Mundur beberapa bulan sebelum gue
ke Kampung Inggris, sebenernya belajar ke Kampung Inggris adalah salah satu
target gue di tahun 2015. Tapi karena kesibukan mengajar untuk mengumpulkan
pundi-pundi meni**h (emang calonnya udah ada? *plak), sepertinya sulit untuk
direalisasikan. Pada awalnya gue sangat penasaran dengan kehidupan disana
ditambah beberapa temen gue berhasil memperjuangkan impiannya untuk belajar
bahasa inggris disana. Maklum gue bukanlah orang yang expert dalam berbahasa Inggris karena selama sekolah gue gak pernah
ikut les bahasa inggris sekalipun.
Berawal dari beberapa kegagalan-kegagalan
yang datang silih berganti dalam hidup gue, terutama untuk mengikuti kegiatan international
yang fully-funded karena tragisnya beberapa kegiatan tersebut sudah sampai pada
tahap interview (tahap akhir). Tapi Allah masih belum mengijinkan gue
sepertinya dan mengharuskan gue untuk terus belajar dan instropeksi diri lebih
dalam. Personally, gue pengen banget melihat dunia luar, keluar dari zona
nyaman gue sebagai seorang guru matematika, dan belajar melihat sesuatu dari
perspektif yang berbeda dimana itu bakal menambah pengetahuan gue secara lebih
dalam dan luas. Gue khawatir gue belum bisa memaksimalkan semua potensi yang
ada di diri gue. Nah, kegiatan-kegiatan inilah yang bisa gue jadikan sebagai
strategi mencapai target itu.
Hingga pada akhirnya BOM waktu
itu meledak. Gue merasa sangat down. Gue kecewa sama diri gue seakan perjuangan
dan pengorbanan gue selama ini sia-sia. Bulan Juni 2016, Alhamdulillah gue
lolos sampai ke tahap interview YSEALI Academic Fellowship ke Amerika Serikat
untuk mendapat shortcourse selama 5
minggu belajar environmental issue.
Semua usaha gue udah kerjakan ditengah kesibukan menjadi seorang guru yang
mengajar semua jenjang kelas di SMA, gue mulai dari menulis draft pertanyaan
dan jawaban interview sampai dengan latihan sama guru bahasa inggris di sekolah
tempat gue mengajar. Tapi kegagalan itu datang lagi dihidup gue, langkah itu
terhenti lagi .. Gue kecewa sama diri
gue karena gue belum bisa memberikan yang terbaik buat emak gue. Bagi gue emak
itu merupakan wanita yang luar biasa yang dengan ketangguhannya dan
pengorbanannya bisa sampai menyekolahkan gue sampai saat ini. Ibarat judul lagu, mungkin gue hanya butiran debu yang belum bisa berarti lebih buat emak. Karena ketika gue lihat
wajah emak, selalu ada harapan lebih untuk anak-anak nya yang tercinta.
Klimaks kegagalan itu membawa gue
untuk “resign dari sekolah”. Gue tau sebenernya emak mau gue kerja dulu. Tapi,
setelah melalui instropeksi diri dengan teman-teman terdekat dan beberapa guru
disekolah, mereka sangat mendukung gue buat meraih mimpi yang lebih besar lagi.
Setelah meyakinkan emak, akhirnya gue jatuhkan hati buat pergi ke Kampung
Inggris.
Satu nasihat yang gue masih ingat dari seorang teman:
Rencana manusia itu ibarat proposal. Kita berikan proposal terbaik yang bisa kita rancang pada gusti Allah. allah lah yang akan meng-acc atau tidak. Atau jangan-jangan jika tidak di acc Allah telah punya grand design terbaikNya untuk kita :)
0 comments:
Post a Comment