Saturday, June 15, 2013

YouthCampIB "Young and Locavore"

We're Young and Locavore


Sebelumnya, saya tak pernah menyangka bisa menjadi salah seorang peserta dalam kegiatan ini. Awalnya, saya tahu kegiatan ini dari "mention" di twitter oleh teman-teman YELS2013. Bermodalkan motivasi mencari pengalaman dan pengetahuan baru, H-beberapa jam penutupan pendaftaran ditutup saya baru mengirim CV, essay, dan foto. Beberapa hari kemudian berlalu. Tepatnya, tanggal 1 Juni saya baru buka email dan ada email masuk seperti ini:


Wah, rasanya senang banget. Pada saat itu, mungkin saya menjadi orang yang beruntung karena banyak teman-teman saya yang belum berkesempatan ikut kegiatan ini. Beruntungnya lagi, saya tak sendiri. Alhamdulillah ada anak UNJ juga yang lolos, bang Muhammad Handar. Akhirnya, saya dan bang Handar pun berencana untuk pergi bareng.

Jum'at, 7 Juni 2013. Ya, ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu. Hari dimana saya akan pergi untuk menambah wawasan serta pengalaman saya. Saya dan bang Handar pun pergi bersama dengan didampingi LO, sebut saja mba "Rera". Saya bersama peserta dari Jakarta lainnya kumpul di Pasar Rebo untuk berangkat bersama menuju lokasi, yakni D' Junggle Private Camp, Ciburial Bogor.

Akhirnya, sekitar pukul 13.30 kami semua sampai disana. Dan lihatlah lokasinya..
*suasana dalam kamar

Indah kan?? Pastinya gak bakal bisa nemu lokasi seperti itu di Jakarta. Ya, ini moment baik untuk melupakan kerasnya UAS yang dimulai tanggal 10 Juni 2013 *padahalbawamateriuas.. :p. 

Oh iya, acara YouthCampIB ini adalah kegiatan tahunan yang diadakan olah Indonesia Berseru dan VECO Indonesia yang dimulai sejak tahun 2008. Kegiatan ini merupakan sebuah kegiatan yang concern membahas isu-isu pangan lokal.

Hari Pertama
Kegiatan pada hari ini dimulai pada pukul 16.00. Kegiatan dimulai dengan perkenalan, pembentukan kelompok sampai yel-yel. Untuk kelompok, saya tergabung dalam kelompok "arem-arem". Disinilah saya baru tahu makanan apa itu "arem-arem". Ternyata arem-arem itu merupakan salah-satu pangan lokal Indonesia sejenis dengan lemper atau lontong. Kelompok "arem-arem" sendiri terdiri dari saya (UNJ), Jenny (PNJ), Pita (HFHL Bali), Silvia(IPB) dan Agusti (YAPSI Solo). 
*kelompok arem-arem (Silvi, Jenny, Pita, Agusti, dan Saya)

Selanjutnya, pada malam harinya semua kelompok berdiskusi tentang bagaimana kondisi pangan lokal di Indonesia. Diskusi ini dipandu oleh Pak Tejo dan Mba Ida. Diskusi ini ternyata membuka mata dan pikiran saya bahwa Indonesia itu punya segala-galanya termasuk dibidang pangan. Indonesia kaya karena kita punya 77 jenis karbohidrat, 75 jenis minyak, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah, 116 jenis rempah, 40 jenis bahan minuman. Tapi, sayang kita lupa bahkan tidak tahu akan kekayaan itu.  Disinilah kita harus mendukung dan bangga akan kekayaan pangan yang dimiliki oleh Indonesia. Namun semua itu masih menjadi bayang-bayang semu ketika melihat simpang siurnya kondisi negeri ini yang masih belum mampu berdiri mandiri. Kita kaya, tetapi kita masih saja kekurangan. Apa yang salah ?

Pola Konsumsi. Ya, pola konsumsi lah yang membuat kita masih saja kekurangan. Mindset yang terbangun pada masyarakat Indonesia saat ini adalah mengkonsumsi berdasrkan keinginan "WANT" bukan mengkonsumsi berdsarkan kebutuhan "NEED". Inilah yang salah. Kita masih bangga dengan produk luar dibandingkan dengan produk dalam. Mungkin melalui kegiatan ini, para pemuda dapat membantu membangun negeri ini agar tegak berdiri sendiri. Inilah saatnya kita bercermin dan merubah itu semua, apakah saya seperti itu?

Yang paling mengagetkan adalah tempe dan tahu yang kita makan dan menjadi pangan lokal itu tak seutuhnya 'lokal'. Kenapa? Faktanya lebih dari 50% kedelai yang digunakan untuk membuat tempe dan tahu adalah import dari negara lain. Bagaimana bisa? Hal ini terjadi karena kurangnya lahan dan kesulitan menanam yang dihadapi oleh petani kedelai lokal. Selain itu, kedelai 'sisa' yang diimport dari negara lain memilik harga jual yang jauh lebih murah dibandingkan dengan produk lokal. Hal tersebut tentunya menyebabkan kedelai lokal kalah saing dengan kedelai import dari sisi harga. Maklum, harga merupakan patokan seseorang dalam mengkonsumsi. Oleh karena itu, ada satu hal menarik yang disampaikan oleh Mba Ida tentang Smart Consument (Konsumsi yang Berkeadilan).

Selesai diskusi saatnya tidur dan diselimuti oleh dinginnya udara malam di Bogor.

Hari Kedua
Hari kedua mungkin hari terpadat dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Diskusi pertama mengenai "Communication" yang difasilitasi oleh Mba Emma Alliuddin dari majalah CHIC. Intinya, dalam berkomunikasi dibutuhkan 5 aspek yaitu who --> what --> whom -->> what channel --> what effect. Jika kelima aspek tersebut terpenuhi tentunya dengan mudah pesan dalam komunikasi itu pun akan mudah tersampaikan. Selain itu, dibutuhkan juga klik atau getaran dalam berkomunikasi. Untuk menimbulkan klik dan getaran tersebut ada beberapa cara:
1. Be Clear
2. Be Specific
3. Be Honest
4. Be an Example
5. Be Trustworthy
6. Be Passionate
7. Be Consistent

Diskusi selanjutnya adalah Media sosial. Diskusi kali ini difasilitasi oleh Mas Anton Muhajir. Beliau adalah salah seorang penggerak balebengong.net. Disini kita sharing tentang efektivitas dan peran media sosial dalam menyuarakan sesuatu seperti locavore. Ada beberapa hal penting yang harus jelas ketika menggunakan media sosial, yaitu:
1. Tujuan
2. Profil
3. Interaksi
4. Isi
5. Konsekuensi
6. Design
7. Endorser

Narasumber selanjutnya adalah Mas Rambo dari Sawit Watch. Dari diskusi ini, ternyata sawit kualitas tinggi di Indoensia lebih banyak di eksport ke negara lain dengan harga yang tidak lebih tinggi dengan olahan jadi sawit yang diimport ke Indonesia. Sayangnya, banyak hutan-hutan dikorbankan sebagai perampasan lahan yang kemudian dijadikan lahan untuk menanam sawit terutama di Kalimantan dan Sumatera. Selain itu, tingginya produksi sawit dengan kualitas baik di Indonesia faktanya sebagian besar dipegang oleh perusahaan asing. Itulah indonesia yang kaya namun tidak dapat mensejahterakan rakyatnya. 

Tiba saatnya diskusi kelompok. Diskusi kali ini menugaskan masing-masing kelompok untuk mencari tahu keadaan pangan lokal di daerah sekitar D'Jungle Camp dan strategi apa yang tepat digunakan untuk menyebarluaskan "locavore". Saat itulah kami tertarik untuk mewawancarai anak-anak dan ibu-ibu terkait pangan lokal Indonesia. 


Akhirnya, tiba sabtu malam. Materi selanjutnya mengenai fotography class. Hujan pun meramaikan dan menambah dingin suasana kali ini. Diskusi ini dipandu oleh seorang fotografer yaitu mas Des Syafrizal yang memberikan tips-tips dasar dalam mengabadikan moment-moment melalui sebuah foto dengan kamera saku. Banyak sekali cara untuk menyampaikan sebuah pesan, salah satunya adalah dengan foto. 

Dan yang terakhir, adalah materi yang disampaikan oleh Kang Ayip. Beliau agak telat karena baru saja pulang dari Kupang dan langsung ke Bogor. Super Sekali. Materi yang disampaikan mengenai Ramalan Swasembada 2014. Jujur pada materi ini saya sudah mulai mengantuk dan lelah. Intinya, pada tahun 2014 ada 5 jenis pangan yang akan direncanakan, yaitu daging, gula, beras, kedelai dan jagung. Semoga bisa terlaksana dan mensejahterakan negeri sendiri.

Acara selanjutnya adalah api unggun. Namun sayang dikarenakan hujan dan sudah larut malam akhirnya panitia memberikan kebebasan bagi peserta untuk boleh ikut atau tidak. Sebagian peserta ikut dan sebagiannya lagi istirahat. Saya sendiri ikut sampai 30 menit saja itupun cuma ikut-ikut foto saja hehe..

Selanjutnya, mimpi indah .. ZzzzZZzz

Hari Ketiga
Tiba juga akhirnya di hari terakhir dalam kegiatan ini. Setelah selesai sarapan, kami berdiskusi mengenai hasil wawancara yang telah kami lakukan sebelumnya. Setelah itu, masing-masing peserta dibagi menjadi beberapa region untuk berdiskusi lagi tentang follow up yang akan mendukung pangan lokal dan dilakukan pasca acara ini selesai. Banyak sekali ide-ide yang diperoleh dari diskusi ini. Semoga nantinya tidak hanya sekedar rencana tetapi dapat terlaksana dan berkelanjutan.

Tak terasa 3 hari begitu cepat berlalu, semoga ini dapat menjadi sebuah pengalaman, pengetahuan, dan awalan bagi saya dan umumnya bagi orang lain untuk selalu mendukung pangan lokal. Dimulai dari hal kecil, seperti mengurangi konsumsi mie instan yang notaben tepungnya merupakan tepung import, junk food, lebih mencintai produk tradisional lokal atau menghabiskan makanan..

Healty Locavore :D

Edisi Narsis:


 


0 comments:

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers