Thursday, April 24, 2014

Sosok Perempuan Inspiratif di Tanah Betawi

Gambar: kampungbetawi.com
Mungkin tak banyak orang mengenal sosok perempuan ini. Ya, Hj. Halimah Aziz namanya. Dia dalah salah satu tokoh betawi yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan terutama dalam mempertahankan budaya Betawi. Perempuan ini lahir di Jakarta pada tanggal 7 Juli 1936. Dan sekarang beliau tinggal di Karang Asem, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Mungkin anda bertanya-tanya, siapa sebenarnya sosok perempuan ini? Dan apa kontribusinya di tanah Betawi? Dengan memiliki latar belakang pendidikan akhir S3 IKIP, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 7. Berbicara mengenai Betawi yang dinilai dipandang sebelah mata, menurut beliau hal tersebut bukanlah hal baru. Menurut beliau, keadaan sekarang dinilai lebih baik. Sedikit bercerita, sekitar tahun 1955 ketika beliau sekolah, orang Betawi bisa dibilang tak hanya terpinggirkan, akan tetapi juga diremehkan di kampungnya sendiri. Sebagai contoh, kesenian Betawi seperti Ondel-Ondel sering dijadikan bahan ejekan.
Berdasarkan pengalamannya itu, beliau sebagai anak Betawi merasa miris. Oleh karena itu, beliau selalu berusaha memberikan penjelasan mengenai budaya Betawi.  Sayangnya, tak  semua hal yang meremehkan martabat kebetawian hanya bisa diselesaikan dengan memberikan penjelasan saja. Melihat hal tersebut, beliau bersama kawan-kawannya merasa harus ada sesuatu yang mereka lakukan untuk mengangkat citra Betawi. Kenyataan itulah yang menjadikan mereka untuk membentuk sebuah organisasi demi bangkitnya suku Betawi.
Dengan background pendidikan yang dimilikinya, beliau bersama dengan kawan-kawannya membentuk Ikatan Pelajar Pemuda Djakarta, dan dia duduk sebagai pengurus. Melalui kegiatan ini beliau bersama kawan-kawannya memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak betawi, mulai dari bahasa asing hingga pengenalan seni, budaya serta  berbagai keterampilan. Hal tersebut ia lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri pada anak Betawi, sehingga mereka bisa lebih percaya diri dan dihargai.
Tak hanya sampai situ, dedikasi Halimah untuk Betawi juga berlanjut dengan mendirikan organisasi Ikatan Keluarga Besar Anak Djakarta (IKB Anda) setelah ia menikah dengan H. Azis Dayfullah (Alm). Organisasi ini beliau bentuk bersama kawan-kawannya untuk  menggali lebih jauh tentang seni budaya Betawi yang mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat Betawi sendiri. Oleh karena itu, mulailah banyak dipelajari dan dikembangkan banyak hal, seperti adat istiadat, kuliner, hingga busana pengantin Betawi serta pernak-pernik budaya lainnya. Menurut beliau, Betawi boleh menjadi modern tetapi nilai-nilai aslinya tidak boleh ditinggalkan.
Pendidikan dan Organisasi merupakan dua hal yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan beliau. Menjadi seorang guru dan berorganisasi adalah tinta emas dalam hidupnya. Tahun 1987-1993, beliau menjadi Ketua II Persatuan Wanita Betawi (PWB), tahun 1992 sampai sekarang menjadi pengurus Yayasan Sirih Nanas, tahun 1996-2002 menjadi Bendahara Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dna sejak tahun 2001 sampai sekarang beliau menjadi Ketua Umum IKB Anda.
Memperjuangkan dan mengangkat citra Betawi tidak harus selalu bersentuhan langsung dengan aktivitas berkesenian dan semacamnya. Itulah yang Halimah lakukan. Seperti prinsip grafik berbanding lurus, budaya itu akan terangkat jika kualitas diri para pelaku budayanya itu ditingkatkan juga. Oleh karena itu, melalui organisasinya beliau juga memberikan beasiswa khusus bagi anak-anak Betawi dari kalangan tidak mampu agar bisa mengenyam pendidikan selayakya. Itulah dedikasi beliau terhadap budaya Betawi, lalu apa yang dapat kita lakukan?
Melihat perkembangan budaya Betawi saat ini, beliau melihat masih banyak hal yang memerlukan pembinaan, agar semua kesempatan tidak terbuang dengan sia-sia. Sebagai contoh, banyak orang yang siap dengan jabatan apa saja tetapi orang tersebut tidak paham apa yang harus  dikerjakannya dalam kedudukannya itu. Itulah yang menyebabkan Halimah tidak pernah berpikir untuk begitu saja berhenti dari segala aktivitas keorganisasiannya.
Semoga sosok tersebut bisa memberikan kita inspirasi dan angin segar untuk dapat berkontribusi langsung dengan kapasitas masing-masing untuk mempertahakan budaya di Indonesia, salah satunya adalah budaya Betawi.

Referensi:
kampungbetawi.com


Murtado Macan Kemayoran

Gambar: www.behance.net

Pada zaman penjajahan Belanda, tinggalah seorang pemuda bernama Murtado di daerah Kemayoran. Ayahnya adalah mantan lurah di daerah tersebut. Murtado adalah anak yang baik dan suka menolong bagi siap saja yang membutuhkannya. Oleh karena itu, ia sangat disenangi oleh penduduk kampung. Selain itu, ia juga tekun menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Tak ketinggalan, ia juga mempelajari ilmu bela diri hingga ia menjadi jagoan yang rendah hati.
Pada saat itu, keadaan di Kemayoran tidak aman dan tentram. Seluruh penduduk dihantui dengan rasa ketakutan karena adanya gangguan-gangguan dari para jagoan yang berwatak jahat. Diperparah lagi adanya pungutan pajak yang ditarik oleh Belanda dan Cina yang sangat memberatkan. Padahal sebagian besar penduduk pada saat itu adalah petani miskin dan pedagang kecil-kecilan.
Sebenarnya daerah tersebut dipimpin oleh  orang pribumi yang bernama Bek Lihun dan mandor Bacan. Akan tetapi keduanya sudah menjadi kaki tangan Belanda yang kejam dan hanya mementingkan keuntungan pribadi saja.
Singkat cerita, pada saat itu di kampung Kemayoran diadakan derapan padi. Acara ini dapat terlaksana dengan syarat untuk setiap lima ikat padi yang dipotong empat ikat diantaranya harus diserahkan kepada kompeni yang diawasi langsung oleh Mandor Bacan.
Dalam upacara itu, munculah seorang gadis cantik yang ikut memotong padi. Murtado pun ikut disamping gadis tersebut. Ternyata mereka berdua sudah lama menjalin kasih. Tiba-tiba Mandor Bacan pun melihat gadis tersebut dan memperlakukannya kurang ajar. Niat Mandor Bacan pun digagalkan oleh Murtado sehingga terjadilah perkelahian antara Murtado dan Mandor Bacan. Dan akhirnya Mandor Bacan pun kalah dengan ilmu bela diri yang dimiliki Murtado.
Kekalahan Mandor Bacan tersebut rupanya menjadikan Bek Lihun marah besar. Berbagai upaya pun dilakukan Bek Lihun untuk membunuh Murtado. Namun semua upaya yang dilakukan oleh Bek Lihun ternyata sia-sia. Sampai akhirnya pada suatu hari Bek Lihun ingin mencelakai kekasih Murtado dan akhirnya Bek Lihun pun kalah hingga babak belur. Akhirnya Bek Lihun pun meminta ampun dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Setelah kejadian itu, Bek Lihun pun insyaf dan mulai menghargai Murtado.
Ketika itu beberapa gerombolan perampok dibawah pimpinan warsa mulai memberontak di kawasan Kemayoran. Setiap malam mereka merampas harta benda penduduk sekitar dan tak menutup kemungkinan untuk membunuh. Hal ini menjadikan Bek Lihun kewalahan. Akibatnya ia berkali-kali mendapat teguran dari kompeni karena tidak dapat menjaga keamanan di kampungnya sehingga pajak-pajak untuk kompeni tidak berjalan lancer.
Sampai akhirnya Bek Lihun meminta bantuan Murtado untuk membantunya menjaga keamanan penduduk sekitar saat itu. Murtado pun menyadari bahwa ia juga ikut bertanggungjawab atas keamanan kampung tersebut dan menyetujui permohonan Bek Lihun. Bersama dengan kedua orang temannya yang bernama Saomin dan Sarpin mereka dapat mengalahkan gerombolan pemberontak Warsa dan mengembalikan harta benada hasil rampok gerombolan tersebut kepada penduduk Kemayoran. Semua penduduk di daerah Kemayoran pun berterima kasih dan berhutang budi kepada Murtado.
Penguasa Belanda pun snagat menghargai jasa-jasa Murtado dalam melawan pemberontak tersebut. Mereka ingin Murtado diangkat sebagai bek di daerah Kemayoran. Akan tetapi dengan tegasnya Murtado menolak tawaran tersebut karena ia tidak ingin menjadi alat pemerintahan Belanda. Menurutnya, “lebih baik hidup sebagai rakyat biasa tetapi ikut menjaga keamanan rakyat”. Murtado pun aktif berjuang untuk membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan. Karena keberanian yang dimilikinya, Murtado pun diberi julukan oleh warga sebagai “Macan Kemayoran”.

Referensi:

ceritarakyatnusantara.com 

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers