Tuesday, December 2, 2014

Efisiensi Energi: Kunci Energi Masa Depan


Energi merupakan salah satu elemen terpenting yang dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan energi global tentunya akan meningkat. Di Indonesia, kebutuhan energi saat ini sebagian besar masih bertumpu pada bahan bakar fosil. Di lain sisi, persedian bahan bakar tersebut akan habis tergerus oleh waktu. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil ini menjadi masalah besar dan perlu solusi mendesak untuk kemandirian energi di masa depan.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Tuntutan akan kebutuhan energi mendorong masyarakatnya untuk mencari energi alternatif yang dapat digunakan secara masal. Berbagai macam energi alternatif pun kini telah dikembangkan bersamaan dengan pembangunan beberapa pembangkit listrik sebagai rencana aksi mitigasi gas rumah kaca juga memenuhi pasokan kebutuhan energi lokal.
Pembangunan pembangkit listrik dan pengembangan energi alternatif secara berkelanjutan tidaklah cukup untuk dijadikan sebagai solusi untuk menuju kemandirian energi di Indonesia. Hal tersebut tidak akan berarti jika tidak di dukung dengan tindakan manusianya sendiri untuk menggunakan energi tersebut secara bijak dan bertanggung jawab.  Analoginya jika dibangun banyak pembangkit listrik dan pengembangan energi alternatif tetapi manusia sebagai subjek (pengguna energi) dengan loyal menggunakannya tanpa bijak dan bertanggung jawab itu semua tak ada nilainya. Oleh karena itu, butuh adanya sinergi antara tindakan manusia dengan sumber energi yang ada untuk menuju energi yang efisien.
Efisiensi energi merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap individu sebagai tanggung jawabnya menggunakan energi. Efisiensi energi berarti metode yang memungkinkan untuk dapat menghasilkan penggunaan energi yang lebih efisien dan membantu penurunan permintaan energi global. Secara sederhana, contoh dari efisiensi energi adalah menggunakan lampu hemat energi.
Efisiensi energi memiliki banyak sekali keuntungan. Salah satu hal yang dapat kita rasakan secara langsung adalah dari segi finansial. Faktanya, dengan melakukan efisiensi energi akan berimbas langsung dengan berukurangnya tagihan listrik. Berikut ini merupakan data penghematan biaya listrik yang dikumpulkan oleh Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI). EECCHI merupakan sebuah unit di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang didanai oleh pemerintah Denmark:
  • Mengganti lima lampu di rumah dengan lampu hemat energi dan mematikan lima belas lampu saat tidak sedang digunakan memiliki potensi hemat Rp1.600.000/tahun.
  • Mengatur suhu kulkas 2o s/d 4 o C dan suhu freezer -17 o s/d -15 o C, serta sering mengganti karet pinggiran kulkas dan tidak terus-terusan buka-tutup kulkas saat tidak dibutuhkan memiliki potensi hemat Rp750.000/tahun.
  • Mengatur suhu AC di 24 o -25 o C, juga sering membersihkan filter dan menutup saluran AC yang bocor memiliki potensi hemat Rp2.500.000/tahun.
  • Bila ditambah dengan mencabut kabel barang elektronik dari colokan listrik saat sudah tidak digunakan lagi, kita bisa hemat Rp5.500.000/tahun atau lebih dari Rp450.000/bulan. Dengan kata lain, kita hemat Rp500.000/bulan.       

Manfaat lain dari efisiensi energi adalah meningkatkan keamanan energi dan kemandirian energi karena bisa mengurangi impor bahan bakar asing juga memperlambat laju penipisan cadangan sumber daya energi lokal. Selain itu, efisiensi energi juga merupakan salah satu prasyarat utama untuk perkembangan ekonomi dunia. Sederhananya, akan terjadi ledakan pertumbuhan ekonomi yang bersar tanpa didiringi dengan konsumsi energi yang besar pula.
Setiap orang dengan mudah dapat melakukan efisiensi energi secara mandiri. Tidak hanya dengan menggunakan lampu hemat energi tetapi juga dengan membeli peralatan modern yang hemat energi lainnya sebagai ganti barang yang lam. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi energi tetapi juga merupakan salah satu langkah awal untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang berdampak langsung dengan perubahan iklim.

Referensi:


Sunday, October 5, 2014

Jejak Karbon Ku

Bertempat di Hotel New Ayuda, saya bersama dengan 19 alumni YFCC (Youth For Climate Camp) lainnya berbagi pengalaman apa yang telah dilakukan pasca mengikuti YFCC. Sangat terkesima ketika mendengar pengalaman dan aksi yang telah dilakukan oleh teman-teman lainnya. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah motivasi bagi saya sendiri untuk bisa lebih banyak aksi yang dilakukan untuk lingkungan. Selanjutnya, materi pertama di awali dengan topik Kalkulator Karbon yang dibawakan langsung oleh mba Deby Natalia.

Kalkulator Karbon
Semakin tingginya emisi gas rumah kaca menjadi sebuah kekhawatiran tersendiri bagi kehidupan manusia dan lingkungan kedepannya. Hal ini tentunya diperlukan adanya sebuah alat/aplikasi untuk dapat mengetahui emisi gas yang telah dihasilkan oleh kegiatan manusia sehari-hari. Dengan mengetahui jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat memberikan pengetahuan baru kepada individu untuk merubah gaya hidup yang lebih berwawasan lingkungan. Semua gas emisi rumah kaca yang dihasilkan tersebut dikenal sebagai jejak karbon. Jejak karbon adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pribadi atau kelompok dalam melakukan kegiatan per periode. Diantara gas rumah kaca yang dimaksud adalah CO2, CH4, N2O, HFCs, PFCs, SF6.

Manfaat Perhitungan Jejak Karbon
Perhitungan jejak karbon memiliki beberapa keuntungan seperti dalam bidang lingkungan dan bisnis. Di bidang lingkungan, penghitungan jejak karbon berfungsi sebagai identifikasi potensi dan kontribusi bagi penurunan emisi CO2 juga sebagai tolak ukur (benchmark) bagi efisiensi. Di bidang bisnis, manfaat penghitungan jejak karbon juga sebagai alat penghematan energi dan biaya operasional, keuntungan marketing, juga mengantisipasi trend bagi sektor industri pariwisata dan industri lainnya. Sudah saatnya, kita mengetahui berapa besar emisi gas yang telah kita sumbangkan saat ini. Dari hal tersebut, DNPI membuat aplikasi online sebagai tool untuk menghitung emisi gas yang kita hasilkan sehari-hari. Cek di kalkolator.dnpi.go.id untuk mengetahui berapa jejak karbon yang anda hasilkan setiap harinya.
Rumus menghitung jejak karbon yaitu:
Jejak karbon= Faktor Emisi x Satuan Aktivitas
Faktor emisi: besaran emisi GRK yang dilepaskan ke atmosfer per satuan aktivitas tertentu. diantara faktor emisi tersebut adalah pembangkit listrik, dan pengoperasian kendaraan bermotor.
Jejak karbon memiliki beragam jenis. Diantara jenis-jenis jejak karbon yaitu jejak karbon organisasi, jejak karbon aktivitas,dan jejak karbon produk. Setelah mengetahui jejak karbon yang dihasilkan dari aktivitas kita masing-masing, kita dapat mengurangi jejak karbon tersebut dengan beberapa cara yaitu manajemen energi dan pengelolaan lingkungan, menggunakan makanan dan produk lokal, mengelola limbah, dan  menanam pohon.
Latihan Soal:
1.      Pemakaian listrik 400 kWh per bulan.
2.      Pemakaian kendaraan kendaraan pribadi ke kampus.
3.      Sampah 1000 liter/ tahun.
Jawab:
1.      Emisi yang dihasilkan pada Pemakaian listrik 400 kWh per bulan adalah 0.823 kgCO2/kWh x 400 kWh = 329,2 kgCO2.
2.      Disesuaikan dengan jarak tempuh ke kampus dalam km

3.      Emisi yang dihasilkan dari sampah adalah 0.075 kgCO2/liter x 1000 liter = 75 kgCO2

HASIL TOTAL EMISI PRIBADI 
Emisi Listrik
Dengan menggunakan aplikasi online DNPI, yakni kalkulator karbon saya menghitung berapakah total emisi yang saya hasilkan. Dari penghitungan tersebut di dapat bahwa emisi listrik total (keluarga) yang dihasilkan adalah:
145.82 kgCO2/ bulan dengan kata lain emisi listrik yang saya hasilkan adalah 145.82 kgCO2/ 6 orang = 24.03 kgCO2/ bulan. Maka emisi listrik pertahun yang dihasilkan adalah 24.03 x 12 = 288 kgCO2.
Emisi BBM
Setelah dihitung emisi BBM yang dihasilkan oleh keluarga saya adalah 7.70 kgCO2/bulan, maka untuk pertahun emisi BBM yang dihasilkan adalah 7.70 kgCO2 x 12 = 92.4 kgCO2/tahun
Emisi Sampah
Setelah dihitung emisi sampah yang dihasilkan yaitu 24 kgCO2/ bulan. Maka untuk pertahunnya yaitu 24 kgCO2 x 12 = 288 kgCO2
Emisi Transportasi
Setelah dihitung emisi transportasi yang saya hasilkan adalah 22.57 kgCO2/ bulan. Ini berarti emisi transportasi yang saya hasilkan selama setahun yaitu 22.57 kgCO2 x 12 = 270.84 kgCO2
Serapan Emisi
Tidak ada serapan emisi

TOTAL EMISI:
 228 kgCO2 +92.4 kgCO2 +288 kgCO2 +270.84 kgCO2 = 879.24 per tahun
879.24 / 12 = 73.27 kgCO2 per bulan

v  Dari penghitungan tersebut dapat dijadikan bahan refleksi kita bahwa setiap orang meninggalkan jejak karbon yang ikut andil mempercepat perubahan iklim dan global warming. dapatkah kita bayangkan jika 1 orang menhasilkan 73.27 kgCO2 karbon perbulannya berapa banyak emisi gas yang dihasilkan oleh manusia di Indonesia? apalagi di dunia? Untuk itu, yuk kita ubah seni hidup kita kearah berwawasan lingkungan ....


Monday, September 8, 2014

Meningkatkan Kepedulian Masyarakat Terhadap Budaya Lokal Melalui Pemberdayaan Jaringan Pemuda di Nusantara

Budaya merupakan cerminan identitas bagi suatu bangsa. Begitupun dengan bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara yang majemuk dan heterogen yang didalamya memiliki segudang kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Jenis budaya di Indonesia memang sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas, dan karakter yang menarik. Sebagai negara yang memiliki jumlah etnis terbanyak, Indonesia memiliki berbagai macam budaya yang dihasilkan oleh etnis-etnis tersebut. Sebagai contoh tari Pendet berasal dari Bali, Lenong dan Ondel-Ondel dari Betawi dan lain-lainnya. Keragaman budaya atau “cultural diversity” di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Pesona Indonesia dari Sabang sampai Merauke menjadikan negeri ini kaya akan kebudayaan dari masing-masing daerah. Kebudayaan tersebut menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya.
Pada era globalisasi sekarang ini, tak dapat dipungkiri banyak sekali budaya asing yang masuk ke Indonesia. Dari waktu ke waktu budaya asing banyak sekali diterima dan diserap secara langsung oleh masyarakat kita. Tanpa memperdulikan budaya tersebut merusak atau tidak, tampaknya masyarakat Indonesia lebih senang menghadapi budaya asing tersebut dibandingkan dengan menjaga keutuhan budaya sendiri. Hal ini harus disikapi secara seksama karena jika tidak maka kebudayaan Indonesia akan hilang. Secara tidak langsung nilai budaya lokal sedikit demi sedikit akan tergerus dengan masuknya budaya asing tersebut. Permasalahan ini muncul bukan karena faktor luar akan tetapi disebabkan faktor dari diri masing-masing pribadi masyarakat Indonesia yang seakan malu dan menganggap kuno warisan budayanya sendiri. Beberapa budaya asing yang sangat negatif dan telah masuk ke Indonesia adalah free sex dan penggunaan narkoba. Kasus free sex dan penggunaan narkoba kini tak hanya dilakukan oleh orang dewasa akan tetapi juga dekat dengan remaja dan anak-anak. Di lain sisi, budaya asing juga memiliki dampak positif terhadap budaya di Indonesia, misalnya IPTEK dan pembangunan. Fenomena tersebut menjadi sebuah tantangan bagi bangsa ini khususnya generasi muda untuk melakukan filtrasi dari dampak globalisasi.
Namun hingga saat ini Indonesia belum memiliki identitas kebudayaan yang jelas. Selama ini Indonesia hanya memiliki kebudayaan-kebudayaan daerah yang sudah mantap akan tetapi kebudayaan yang mewakili seluruh bangsa ini masih belum kuat. Saat ini kebudayaan nasional yang sudah dikatakan mantap terdiri atas dua pilar yaitu bahasa Indonesia dan Pancasila. Bahasa Indonesia menjadi salah satu budaya bangsa sebagai bahasa kesatuan sedangkan pancasila merupakan filosofi atau pandangan hidup bangsa.
Saat ini masyarakat tak lagi menyaring budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia akan tetapi kebudayaan tersebut langsung diterima begitu saja. Dengan demikian,  yang menjadi permasalahan saat ini adalah unsur-unsur kebudayaan daerah yang ada di Indonesia sedikit demi sedikit mulai luntur bahkan menghilang. Hal ini dikarenakan budaya asing yang telah masuk ke dalam budaya Indonesia dan secara langsung menggerogoti harga diri bangsa ini.
Mungkin kita tak menyadari bahwa negeri ini sedang dijajah kembali. Bukan penjajahan secara fisik melainkan penjajahan terhadap budaya bangsa yang menjadi indentitas bangsa. Meskipun tak terlihat, hal itu telah cukup untuk membuat bangsa ini kehilangan akan identitasnya, sehingga terjadi perpecahan antar suku dan budaya. Penjajahan itu berupa budaya asing yang telah tercampur dengan budaya Indonesia. Padahal budaya Indoesia merupakan salah satu bentuk kepribadian bangsa.
Saat ini budaya Indonesia tak hanya sudah luntur akan tetapi juga menghilang. Menjadi sebuah ironi ketika kita mengetahui masih banyaknya masyarakat Indonesia terutama generasi muda yang tak tahu akan budayanya sendiri. Budaya yang digembor-gemborkan agar dikenal dunia internasional tetapi tak dikenal di negerinya sendiri. Sudah banyak budaya Indonesia yang diklaim oleh negara lain seperti Tari Pendet, Tari Piring, Tari Reog Ponorogo, dan Tari Kuda Lumping. Tak hanya tarian, alat musik khas Indonesia pun tak luput diklaim seperti Angklung dan Gamelan. Tak sampai disitu, bahkan makanan dan minuman yang menjadi ciri khas daerah di Indonesia pun diklaim juga seperti rendang, tempe, kopi Toraja, sambal nanas dan lain sebagainya.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mempertahankan dan menyebarluaskan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Salah satunya adalah program “Visit Indonesia 2010” yang dicanangkan oleh dinas pariwisata dan kebudayaan RI. Selain itu berbagai pameran kebudayaan pun telah pemerintah lakukan baik di dalam dan di luar negeri agar kebudayaan Indonesia semakin dikenal. Namun program ini lebih mempromosikan kebudayaan Indonesia ke kancah internasional dibandingkan ke dalam negeri.
Oleh karena itu, butuh adanya sinergi yang kuat antara seluruh elemen-elemen masyarakat yang terkait untuk dapat menjaga dan mempertahankan budaya lokal. Salah satu elemen masyarakat tersebut adalah pemuda. Pemuda merupakan garda terdepan dan cerminan suatu bangsa. Pemuda memegang peranan penting dalam mempertahankan identitas bangsa, tak terkecuali buday lokal.
Kepedualian masyarakat terhadap budaya lokal masih sangat kurang. Hal ini berbanding lurus dengan anggapan sebagian masyarakat terhadap budaya lokal sebagai budaya yang kuno atau ketinggalan zaman. Dari permasalahan tersebut, pemuda menjadi subjek dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Mengapa? Lihat saja berapa banyak pemuda yang ada di nusantara. Berapa banyak pemuda-pemuda yang memiliki potensi-potensi besar yang terpendam. Dari sinilah kita dapat memberdayakan pemuda-pemuda tersebut untuk dapat berkembang. Melalui jaringan yang dibangun oleh pemuda di seluruh nusantara, kita dapat membentuk komunitas-komunitas yang cinta terhadap budaya lokal di Indonesia. Dimulai dari seorang pemuda, lalu bergabung dengan pemuda lainnya hingga membentuk komunitas-komunitas yang siap untuk mempertahankan budaya lokal dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap budaya lokal. Sudah saatnya masyarakat Indonesia melek budaya lokal.

Abdul Hasan Al Asyari

Universitas Negeri Jakarta

Sunday, June 8, 2014

Ketika Mimpi Itu Datang dan Berbicara

Apakah kalian memiliki mimpi?
Apa mimpi-mimpi yang ingin kalian capai?
Sudahkah kalian menulis mimpi-mimpi itu?

Memiliki banyak mimpi, itulah saya. Mimpi-mimpi yang mungkin dianggap orang sebagai sesuatu yang tak mungkin terjadi dalam hidup seorang anak kampung yang sederhana.

Memiliki tekad dan semangat yang tinggi, itulah saya. Seseorang yang haus akan pengalaman dan ingin keluar dari zona aman yang ada.

Memiliki banyak mimpi, bersiaplah untuk kegagalan juga. Karena tak semua yang kita impikan akan terjadi. Dan yakinlah apa yang terjadi adalah sesuatu yang terbaik bagi kita dan dibutuhkan juga.

Tahukah kalian akan kekuatan mimpi? Yaitu ketika mimpi-mimpi itu datang dan berbicara silih berganti.


Akhir tahun 2013, akhirnya saya beranikan diri untuk menuliskan semua impian dan harapan yang akan saya capai di tahun 2014. Sekitar 45 impian dan harapan pun telah saya tuliskan.

Beberapa impian dan harapan pun nyatanya tak kunjung terjadi. Kegagalan pun silih berganti datang. Dan yang bisa saya lakukan adalah tetap semangat, tetap berusaha, dan berdo’a.

Luar biasa. Hingga pada akhirnya, sebuah mimpi itu pun datang. Mimpi yang tak pernah saya duga sebelumnya yakni menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta Barat. Mimpi sekaligus kado terindah di umur 21 tahun ini.

Bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkan impian tersebut. Banyak hal yang sudah saya korbankan untuk mewujudkan impian tersebut, seperti tidak mengikuti tahap kedua seleksi pertukaran pemuda pada program Jakarta Sister City ke Berlin yang merupakan impian saya di tahun 2014 dan meninggalkan sesaat proposal skripsi.

Waktu, tenaga, dan materi pun telah saya korbankan demi mewujudkan impian itu. Mengikuti seleksi dan karantina selama 1 ½ bulan merupakan hal baru bagi hidup saya. Memang untuk meraih apa yang kita inginkan akan selalu ada pengorbanan yang harus dilakukan. Itulah faktanya.

Tapi saya senang, ternyata apa yang saya korbankan berbuah manis. Memiliki pengetahuan baru, pengalaman, dan teman baru merupakan suatu hal yang tak ternilai harganya.

Saya yakin, mungkin satu mimpi ini merupakan sebuah pintu utama untuk dapat memasuki pintu mimpi-mimpi lainnya. Yakinlah, Allah maha mengetahui apa yang kita butuhkan …

“tulislah semua mimpi-mimpimu yang berserakan, lalu wujudkan”
by: Abdul Hasan Al Asyari





Thursday, April 24, 2014

Sosok Perempuan Inspiratif di Tanah Betawi

Gambar: kampungbetawi.com
Mungkin tak banyak orang mengenal sosok perempuan ini. Ya, Hj. Halimah Aziz namanya. Dia dalah salah satu tokoh betawi yang memiliki dedikasi tinggi terhadap pendidikan terutama dalam mempertahankan budaya Betawi. Perempuan ini lahir di Jakarta pada tanggal 7 Juli 1936. Dan sekarang beliau tinggal di Karang Asem, Kuningan Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan.
Mungkin anda bertanya-tanya, siapa sebenarnya sosok perempuan ini? Dan apa kontribusinya di tanah Betawi? Dengan memiliki latar belakang pendidikan akhir S3 IKIP, beliau pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah SMAN 7. Berbicara mengenai Betawi yang dinilai dipandang sebelah mata, menurut beliau hal tersebut bukanlah hal baru. Menurut beliau, keadaan sekarang dinilai lebih baik. Sedikit bercerita, sekitar tahun 1955 ketika beliau sekolah, orang Betawi bisa dibilang tak hanya terpinggirkan, akan tetapi juga diremehkan di kampungnya sendiri. Sebagai contoh, kesenian Betawi seperti Ondel-Ondel sering dijadikan bahan ejekan.
Berdasarkan pengalamannya itu, beliau sebagai anak Betawi merasa miris. Oleh karena itu, beliau selalu berusaha memberikan penjelasan mengenai budaya Betawi.  Sayangnya, tak  semua hal yang meremehkan martabat kebetawian hanya bisa diselesaikan dengan memberikan penjelasan saja. Melihat hal tersebut, beliau bersama kawan-kawannya merasa harus ada sesuatu yang mereka lakukan untuk mengangkat citra Betawi. Kenyataan itulah yang menjadikan mereka untuk membentuk sebuah organisasi demi bangkitnya suku Betawi.
Dengan background pendidikan yang dimilikinya, beliau bersama dengan kawan-kawannya membentuk Ikatan Pelajar Pemuda Djakarta, dan dia duduk sebagai pengurus. Melalui kegiatan ini beliau bersama kawan-kawannya memberikan pelajaran tambahan kepada anak-anak betawi, mulai dari bahasa asing hingga pengenalan seni, budaya serta  berbagai keterampilan. Hal tersebut ia lakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri pada anak Betawi, sehingga mereka bisa lebih percaya diri dan dihargai.
Tak hanya sampai situ, dedikasi Halimah untuk Betawi juga berlanjut dengan mendirikan organisasi Ikatan Keluarga Besar Anak Djakarta (IKB Anda) setelah ia menikah dengan H. Azis Dayfullah (Alm). Organisasi ini beliau bentuk bersama kawan-kawannya untuk  menggali lebih jauh tentang seni budaya Betawi yang mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat Betawi sendiri. Oleh karena itu, mulailah banyak dipelajari dan dikembangkan banyak hal, seperti adat istiadat, kuliner, hingga busana pengantin Betawi serta pernak-pernik budaya lainnya. Menurut beliau, Betawi boleh menjadi modern tetapi nilai-nilai aslinya tidak boleh ditinggalkan.
Pendidikan dan Organisasi merupakan dua hal yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan beliau. Menjadi seorang guru dan berorganisasi adalah tinta emas dalam hidupnya. Tahun 1987-1993, beliau menjadi Ketua II Persatuan Wanita Betawi (PWB), tahun 1992 sampai sekarang menjadi pengurus Yayasan Sirih Nanas, tahun 1996-2002 menjadi Bendahara Umum Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), dna sejak tahun 2001 sampai sekarang beliau menjadi Ketua Umum IKB Anda.
Memperjuangkan dan mengangkat citra Betawi tidak harus selalu bersentuhan langsung dengan aktivitas berkesenian dan semacamnya. Itulah yang Halimah lakukan. Seperti prinsip grafik berbanding lurus, budaya itu akan terangkat jika kualitas diri para pelaku budayanya itu ditingkatkan juga. Oleh karena itu, melalui organisasinya beliau juga memberikan beasiswa khusus bagi anak-anak Betawi dari kalangan tidak mampu agar bisa mengenyam pendidikan selayakya. Itulah dedikasi beliau terhadap budaya Betawi, lalu apa yang dapat kita lakukan?
Melihat perkembangan budaya Betawi saat ini, beliau melihat masih banyak hal yang memerlukan pembinaan, agar semua kesempatan tidak terbuang dengan sia-sia. Sebagai contoh, banyak orang yang siap dengan jabatan apa saja tetapi orang tersebut tidak paham apa yang harus  dikerjakannya dalam kedudukannya itu. Itulah yang menyebabkan Halimah tidak pernah berpikir untuk begitu saja berhenti dari segala aktivitas keorganisasiannya.
Semoga sosok tersebut bisa memberikan kita inspirasi dan angin segar untuk dapat berkontribusi langsung dengan kapasitas masing-masing untuk mempertahakan budaya di Indonesia, salah satunya adalah budaya Betawi.

Referensi:
kampungbetawi.com


Murtado Macan Kemayoran

Gambar: www.behance.net

Pada zaman penjajahan Belanda, tinggalah seorang pemuda bernama Murtado di daerah Kemayoran. Ayahnya adalah mantan lurah di daerah tersebut. Murtado adalah anak yang baik dan suka menolong bagi siap saja yang membutuhkannya. Oleh karena itu, ia sangat disenangi oleh penduduk kampung. Selain itu, ia juga tekun menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Tak ketinggalan, ia juga mempelajari ilmu bela diri hingga ia menjadi jagoan yang rendah hati.
Pada saat itu, keadaan di Kemayoran tidak aman dan tentram. Seluruh penduduk dihantui dengan rasa ketakutan karena adanya gangguan-gangguan dari para jagoan yang berwatak jahat. Diperparah lagi adanya pungutan pajak yang ditarik oleh Belanda dan Cina yang sangat memberatkan. Padahal sebagian besar penduduk pada saat itu adalah petani miskin dan pedagang kecil-kecilan.
Sebenarnya daerah tersebut dipimpin oleh  orang pribumi yang bernama Bek Lihun dan mandor Bacan. Akan tetapi keduanya sudah menjadi kaki tangan Belanda yang kejam dan hanya mementingkan keuntungan pribadi saja.
Singkat cerita, pada saat itu di kampung Kemayoran diadakan derapan padi. Acara ini dapat terlaksana dengan syarat untuk setiap lima ikat padi yang dipotong empat ikat diantaranya harus diserahkan kepada kompeni yang diawasi langsung oleh Mandor Bacan.
Dalam upacara itu, munculah seorang gadis cantik yang ikut memotong padi. Murtado pun ikut disamping gadis tersebut. Ternyata mereka berdua sudah lama menjalin kasih. Tiba-tiba Mandor Bacan pun melihat gadis tersebut dan memperlakukannya kurang ajar. Niat Mandor Bacan pun digagalkan oleh Murtado sehingga terjadilah perkelahian antara Murtado dan Mandor Bacan. Dan akhirnya Mandor Bacan pun kalah dengan ilmu bela diri yang dimiliki Murtado.
Kekalahan Mandor Bacan tersebut rupanya menjadikan Bek Lihun marah besar. Berbagai upaya pun dilakukan Bek Lihun untuk membunuh Murtado. Namun semua upaya yang dilakukan oleh Bek Lihun ternyata sia-sia. Sampai akhirnya pada suatu hari Bek Lihun ingin mencelakai kekasih Murtado dan akhirnya Bek Lihun pun kalah hingga babak belur. Akhirnya Bek Lihun pun meminta ampun dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Setelah kejadian itu, Bek Lihun pun insyaf dan mulai menghargai Murtado.
Ketika itu beberapa gerombolan perampok dibawah pimpinan warsa mulai memberontak di kawasan Kemayoran. Setiap malam mereka merampas harta benda penduduk sekitar dan tak menutup kemungkinan untuk membunuh. Hal ini menjadikan Bek Lihun kewalahan. Akibatnya ia berkali-kali mendapat teguran dari kompeni karena tidak dapat menjaga keamanan di kampungnya sehingga pajak-pajak untuk kompeni tidak berjalan lancer.
Sampai akhirnya Bek Lihun meminta bantuan Murtado untuk membantunya menjaga keamanan penduduk sekitar saat itu. Murtado pun menyadari bahwa ia juga ikut bertanggungjawab atas keamanan kampung tersebut dan menyetujui permohonan Bek Lihun. Bersama dengan kedua orang temannya yang bernama Saomin dan Sarpin mereka dapat mengalahkan gerombolan pemberontak Warsa dan mengembalikan harta benada hasil rampok gerombolan tersebut kepada penduduk Kemayoran. Semua penduduk di daerah Kemayoran pun berterima kasih dan berhutang budi kepada Murtado.
Penguasa Belanda pun snagat menghargai jasa-jasa Murtado dalam melawan pemberontak tersebut. Mereka ingin Murtado diangkat sebagai bek di daerah Kemayoran. Akan tetapi dengan tegasnya Murtado menolak tawaran tersebut karena ia tidak ingin menjadi alat pemerintahan Belanda. Menurutnya, “lebih baik hidup sebagai rakyat biasa tetapi ikut menjaga keamanan rakyat”. Murtado pun aktif berjuang untuk membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan, penindasan, dan pemerasan. Karena keberanian yang dimilikinya, Murtado pun diberi julukan oleh warga sebagai “Macan Kemayoran”.

Referensi:

ceritarakyatnusantara.com 

Saturday, March 29, 2014

Secarik Memori SwitchCamp2014

Awalnya tak menyangka bisa terpilih menjadi salah-satu dari 100 pemuda seluruh Indonesia dalam acara SwitchCamp yang diadakan oleh 350Indonesia. Ya, saya memang tertarik untuk belajar mengenai lingkungan atau perubahan iklim walau background pendidikan yang saya miliki adalah Mathematics Education. Setelah dinyatakan lolos oleh panitia, saya sempat ragu untuk mengikuti acara ini atau tidak dikarenakan sampai sekarang proposal skripsi saya tak kunjung selesai *curhat sedikit haha...

Akhirnya setelah mendapatkan dukungan dari teman-teman kampus saya pun memilih ikut acara ini. Alasannya sederhana, saya mau belajar dari orang-orang yang kompeten dibidang lingkungan untuk menambah pengalaman saya tentunya. Selain itu, saya juga ingin mengenal, belajar, dan berbagi dengan peserta lain yang sangat menginspirasi saya. "Karena belajar tak hanya ada di dalam kelas."

Ya, akhirnya saya pun berangkat ke Jogja bersama Ipul (UNISMA, MC keren sekaligus yang pegang Muara Gembong nih) sama Nada (UNJ, cewe yang keren dengan aktivitas hijaunya di kampus). Ini mungkin ketiga kalinya ketemu sama si Ipul, setelah sebelumnya bertemu di event lain. Dan ini pertama kalinya kenal Nada, yang satu almamater dengan saya. Sungguh, mereka berdua sangat menginspirasi saya dengan aktivitas mereka yang peduli dengan lingkungan.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 jam, akhirnya sampai juga di Jogja. Ternyata kami datang di kloter pertama. Di ruang tunggu Stasiun Tugu tepatnya kita berkenalan dengan peserta lain yang telah datang juga. Sampai akhirnya, tiba di tempat acara. Tempat yang begitu indah bagi saya. Sepertinya tak ada tempat seperti ini di Jakarta. Setelah registrasi, kami pun bergegas mencari kamar masing-masing. Karena bingung dengan lokasi kamar, akhirnya peserta cowok kloter pertama singgah terlebih dahulu di tempat makan.

Inilah yang ditunggu-tunggu ,,, Makaaaan (ada lele goreng, urab, sambel, semangka, Mantaff) Haha... Mulailah disini kita berbagi sedikit tentang kesibukan di kampus maupun di luar kampus. Setelah bertanya, akhirnya kita menemukan kamar masing-masing. Dan istirahat sambil menunggu peserta yang lain tiba...

Sampai akhirnya malam pun tiba dengan sendirinya. Ternyata di kamar Rajawali 1 sudah ada 6 orang peserta termasuk saya. Ada Nuzul, Gilang, Andri, Eli, dan Fahmi. Perbincangan malam pun tak jauh dari sharing-sharing kondisi kampus dan perkuliahan. Disini saya mendapatkan teman-teman baru yang sangat asik dari berbagai background pendidikan yang berbeda.

Singkatnya, selama beberapa hari mengikuti switchcamp saya mendapatkan keluarga baru yang memiliki satu tujuan yang sama untuk bumi yang lebih hijau. Disini saya belajar mengenai kondisi lingkungan di dunia saat ini serta kondisi lingkungan dari daerah masing-masing. Disini juga kita bekerjasama untuk membuat action plan sebagai salah satu solusi untuk permasalahan di sekitar lingkungan, seperti masalah pengalihan lahan hutan untuk lahan pemukiman di daerah Bandung. Semoga pasca acara ini kita semua dapat berkolaborasi bersama untuk membuat aksi-aksi kreatif selanjutnya... *Planning ke depan saya dan Nada rencananya ingin memanfaatkan kertas-kertas yang berserakan di kampus untuk di daur ulang dan dibuat menjadi buku #savepaper

Dan yang paling seru dari acara ini adalah adanya beberapa track yang difokuskan untuk masing-masing peserta. Dan saya pun memilih track 'Artivism'. Di track ini saya belajar banyak sekali dari mba Nova, mba Fitri, Mas Sigit dkk yang dengan sabar dan semangatnya berbagi dengan kami semua. Yang paling terlihat saya belajar seni cukil dan stensil yang dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan media kampanye lingkungan.

Terima Kasih untuk semua panitia yang telah membuat acara ini keren. Terim kasih untuk teman-teman, mentor masing-masing track, pengisi materi dan panitia (lagi) yang memberikan banyak inspirasi bagi saya. Mohon maaf juga bila ada kesalahan yang saya perbuat baik yang disengaja maupun tidak. Mungkin tulisan ini tidak bisa menggambarkan semua memori yang ada diingatan ini .. *asiiiiik :D

*cukil

Upload foto menyusul ......

Tuesday, March 11, 2014

Masalah Sampah Tak Menyadarkan Penghuni Jakarta Juga

Jakarta Ku Sayang, Jakarta Ku Malang …

Jakarta sebuah kata yang memiliki sihir bagi sebagian orang. Jakarta merupakan sebuah kota besar sekaligus menjadi Ibu Kota dari bangsa ini. Dengan memiliki daya tarik yang tinggi, Jakarta mampu menjadi pusat pemerintahan bahkan sumber ‘perekonomian’ sehingga banyak mendatangkan masyarakat dari luar Jakarta untuk mengadu nasib di Jakarta. Berbagai permasalahan pun muncul di kota ini. Mulai dari sektor pendidikan, kesejahteraan, perekonomian dan juga permasalahan lingkungan. Berbicara mengenai permasalahan lingkungan di Jakarta sudah teramat kompleks. Kepadatan penduduk di Jakarta berbanding lurus dengan tingkat konsumsi yang berimas langsung dengan meningkatnya volume sampah yang dihasilkan dari tingkat konsumsi tersebut.
Tak dapat dipungkiri, ketika kita menelusuri jalanan di Jakarta dengan mudahnya kita akan menemukan sampah yang tergeletak manis begitu saja. Jakartaku kini tak seindah dulu. Menurut Kepala Suku Dinas Kebersihan DKI,Eko Bharuna tiap harinya Jakarta menyumbang 6.500 ton sampah dan naik 5 persen setiap tahunnya. Sampah tersebut dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta orang. Angka 10 juta tersebut tidak termasuk 2,5 juta warga yang biasa kerja di Jakarta pada siang hari.
Produksi sampah sekarang ini sebanding dengan 28.000 m3. Bila volume ini dibayangkan dengan perbandingan luas lapangan bola (105 m x 70 m) dengan tinggi 1 m, maka perhari luas sampah di DKI Jakarta hampir 4 kali lapangan bola tersebut untuk perhari atau bisa disamakan dengan setengah volume candi Borobudur yang volumenya mencapaai 50.000 m3 per hari. Dapatkah kita bayangkan, seperti apa volume sampah per minggu, perbulan, dan pertahun?
Meningkatnya volume sampah di Jakarta menjadikan Jakarta kotor dan menimbulkan pencemaran. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan menjadi point utama dalam permasalahan sampah di Jakarta. Banyak orang yang tidak merasa malu jika membuang sampah sembarangan. Bahkan dengan rasa tak bersalah, banyak orang yang membuang tissu, botol air mineral, bungkus permen di berbagai tempat umum seperti halte dan lain sebagainya. Parahnya, masalah sampah seolah bukan menjadi tanggung jawab manusia. Manusia dengan senangnya memikirkan kepuasan diri sendiri tanpa memikirkan keberlanjutan alam ini. Sebagai contoh, pada acara Jakarta Night Festival tahun 2012. Acara tersebut menghasilkan 600 ton sampah atau sekitar 10 persen dari sampah yang dihasilkan seluruh wilayah DKI Jakarta dalam sehari. Jumlah tersebut terbilang fantastis karena sekitar satu juta warga yang datang dari Jakarta dan sekitarnya hanya memenuhi kawasan Senayan – Medan Merdeka Barat dan hanya berlangsung dalam waktu 5 jam saja, yakni pukul 21.00 - 02.00 wib. Oleh karena itu, sangat penting jika pendidikan di Indonesia juga menerapkan pendidikan lingkungan hidup agar masyarakatnya juga mengerti akan pentingnya menjaga lingkungan.
Selain itu, penyebab lain dari penumpukan sampah di Jakarta adalah kurangnya fasilitas tong sampah, truk sampah, tukang angkut sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dapat kita lihat, diberbagai daerah sebagai contoh di Jakarta Barat sangat terlihat kurang sekali fasilitas tong sampah untuk menampung sampah rumah tangga. Akibatnya, tak sedikit masyarakat yang dengan mudahnya membuang sampah ke kali yang berada di dekat tempat tinggal mereka. Saat ini Dinas Kebersihan DKI memiliki:
1.      797 unit truk sampah, di mana 46% rusak atau tidak layak jalan serta hanya mampu mengirim sampah satu rit per hari.
2.      Pegawai DKI yang mengurus lingkungan hanya 80 ribu.
3.      Satu-satunya TPA di DKI Jakarta hanya Bantar Gebang yang beroprasi sejak tahun 1989 dengan luas 108 hektar dan didesain untuk menampung 19 juta m3 dan sekarang sudah terisi 9 juta m3.
4.      Lokasi penampungan sampah sementara sekarang ditentukan oleh masyarakat dan difasilitasi lurah camat setempat.

Melihat kondisi diatas, kecamatan dan kelurahan memegang peranan penting dalam permasalahan sampah. Tukang angkut sampah belum menjadi bagian dari pengelolaan pemerintah kota tetapi masih menjadi tanggung jawab masyarakat demikian juga dengan tempat pembuangan sampah sementara yabng ditentukan oleh kelurahan.

Berdasarkan pengalaman hidup di Jakarta, penarikan retribusi sampah ke masyarakat sekitar tidaklah mudah. Banyak masyarakat yang masih enggan dan sulit untuk membayar retribusi tersebut. Kondisi ini justru terbalik dengan Jerman. Di Jerman, tukang angkut sampah menjadi bagian dari pengelolaan sampah pemerintah kota sehingga masyarakat pun akan patuh dan terikat dengan peraturan yang berlaku.
Penyebab lainnya adalah kurang tegasnya pemerintah dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan. Terutama mengenai peraturan kebersihan di DKI Jakarta. Sebagai contoh, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengolaan sampah yang telah di sahkan pada Mei 2013 laulu di DPRD DKI memuat sanksi pada pelanggar dari masyarakat dan perusahaan. Guberbur DKI juga mendenda warganya yang membuang sampah sembarangan maksimal Rp. 500 ribu.
Pada pasal 126 di Perda itu juga membahan mengenai larangan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada jam 06.00-21.00 wib. Masyarakat juga dilarang keras membuang sampah di lokasi tertentu seperti sungai/kali, kanal, waduk, situ dan saluran air limbah, jalan, taman serta tempat umum.
Lain hal pada Pasal 127. Pasal ini membahas tentang sanksi soal masyarakat yang sengaja tidak melakukan pemilihan sampah. Sanksinya adalah sanksi administratif dari RW setempat. Bagi pihak pengelola kawasan pemukiman, komersil, industri dan kawasan khusus akan dikenakan sanksi Rp 10-15 juta jika tidak menyediakan fasilitas pengelolaan sampah. Pengelola fasilitas sosial dan fasilitas umum akan diganjar dengan denda Rp 1-5 juta. Bagi pelanggar yang sengaja membuang sampah ke sungai, waduk, situ, saluran air limbah, di jalan, taman atau tempat umum lainnya, maka akan dikenakan denda Rp 500 ribu. Sedangkan pengelola pusat belanja akan dikenakan denda Rp 5-25 juta jika tidak menggunakan kantong plastik ramah lingkungan.
Peraturan telah dibuat. Kini saatnya untuk pemerintah tegas dalam menjalankan peraturan tersebut. Jangan sampai peraturan dibuat hanya sebagai pajangan tertulis. Andai saja peraturan ini diterapkan, permasalahan sampah akan sedikit berkurang karena sistem yang berlaku dan memaksa manusia untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Permasalahan sampah di DKI Jakarta merupakan sebuah permasalahan yang bercabang. Artinya permasalahan sampah ini dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan lainnya. Salah satunya adalah banjir. Sepertinya musim banjir tak lagi berlaku di Jakarta. Banjir dapat datang dengan sesuka hati jika curah hujan yang sangat tinggi di ibu kota. Walaupun permasalahan sampah bukanlah penyebab utama dari banjir, selain tata kota yang tidak mendukung, letak geografis Jakarta yang tidak menguntungkan serta curah hujan yang begitu tinggi, sampah menjadi faktor yang dapat memperparah banjir di Jakarta. Sampah dapat  menutup saluran air, kali/sungai dan pintu air yang mengakibatkan air meluap.

Sebagai contoh di lingkungan kampus tercinta saya mengenyam pendidikan. Kampus A Universitas Negeri Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini, kampus ini juga terkena imbas banjir. Padahal saat awal saya masuk kuliah, tidak pernah kebanjiran. Hal ini disebabkan kurangnya lubang saluran air, kondisi got yang kecil, juga dataran kampus yang rendah. Ini tentunya menjadi tanggung jawab semua warga kampus, salah satunya adalah menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika dilihat, masih banyak warga kampus yang masih kurang peduli dengan lingkungan.
Sungguh sangat menjadi sebuah ironi bahwa musibah, kerusakan nyatanya tak dapat menyadarkan penghuni Jakarta. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Haruskah kita menunggu Jakarta tenggelam dengan banjir? Haruskan kita menunggu Jakarta tenggelam dengan lautan sampah? Jawabannya adalah Jakarta butuh kita semua, dan kita semua butuh Jakarta ... Sadarkah kita?

Referensi:

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers