Monday, March 13, 2017

IELTS oh IELTS



Gak terasa 1,5 bulan berlalu setelah pengumuman hasil IELTS gue. Well, kali ini gue mau cerita pengalaman pertama gue ikut real test IELTS yang biayanya bikin kantong jebol. Sekedar info, untuk test IELTS di bulan Januari kemarin gue harus ngeluarin duit Rp2.850.000. Kebayangkan kalo nilai kita dibawah ekspektasi, nyesek rasanya.

Setelah kepulangan gue dari Pare Kediri tanggal 9 Desember, gue tidak langsung untuk ikut real test IELTS. Kenapa? Karena gue sadar, gue masih belum PD buat bisa dapetin at least 6.5, dimana di akhir scoring di Pare nilai writing gue yang dinilai oleh tutor masih memprihatinkan yaitu cuma 5.5 walau nilai listening, reading, dan speaking sudah lumayan. Strategi gue untuk mengatasi hal tersebut adalah menyusun jadwal self-study selama gue di rumah. Komitmen gue buat mencapai skor IELTS sesuai target, mengharuskan gue untuk belajar setiap hari pasca kepulangan gue dari Pare Kediri.

Tapi …….. dalam implementasinya sangat sulit. Banyak banget distraction ketika gue belajar di rumah, apalagi di samping rumah gue ada sekolahan MI dan TPA, kebayang dong berisiknya kaya gimana. Oleh karena itu, gue berusaha fleksibel aja dengan alokasi waktu yang gue punya. Permasalahan pun muncul, ya terutama ketika latihan speaking. Ini sulit karena di rumah gue gak ada yang bisa dijadikan partner buat latihan speaking. Alhasil, dihari pertama self-study gue coba merekam jawaban gue dengan recorder hp Cuma gue ngerasa kok pressurenya beda ya? Agak awkward aja buat gue. Jadi selama self-study, speaking adalah skill yang gue gak latih sama sekali. Jangan ditiru ya!

Hari demi hari self-study dengan menggunakan timer berlalu. Setiap pagi hari, gue coba scoring listening, lanjut reading, break, bahas listening dan reading, dan break lagi. Siangnya gue alokasikan buat latihan writing task 1 dan task 2, dan malamnya gue habiskan buat baca materi writing, nonton film, atau video apapun terkait IELTS (ini bagus buat building skill).
Mau tau hasil self-study gue? 



Grafik tersebut hasil gue scoring selama 1,5 bulan dengan menggunakan soal dari Cambridge, Oxford, Soal-soal Real Test di China, dan beberapa buku yang sudah gue print di Pare. Hasilnya fluktuatif. Range listening gue berada di range 5.5 – 7.5 sedangkan reading gue 6.0 – 7.5. To be honest, gue emang lebih suka reading, menurut gue asik aja gitu. Oleh karena itu, gue berharap banget nilai reading gue bisa mendongkrak nilai-nilai gue yang lainnya. 

Dari hasil ini sebenernya gue belum yakin buat ambil real test, ditambah gue gak tau writing dan speaking gue udah mumpuni buat test atau belum karena harus ada orang yang bisa kasih feedback buat itu. Beberapa teman menyarankan gue untuk take seat test dulu, setidaknya itu bakal memotivasi gue buat belajar lebih giat lagi. Akhirnya setelah mempertimbangkan baik dan buruknya, gue pilih tanggal 21 Januari buat real test di IDP Kelapa Gading.

21 Januari pun tiba ……

Semalaman gue gak bisa tidur karena deg-degan buat real test keesokan harinya. Akibatnya gue tidur larut malam bukan buat belajar, tapi baca blog orang terkait pengalamannya test IELTS sekalian chat sama teman. Keesokan harinya gue harus sampai jam 07.30 di sekolah Rafless Crishtian School di Kelapa Gading sebagai vanue test gue. Dalam perjalanan, gue manfaatkan waktunya buat tidur karena gue ngerasa masih ngantuk banget. Ini mengakibatkan gue kelewatan 2 halte busway buat turun. Karena gue belum tau posisi sekolahnya dimana, dan kuota internet gue lupa isi sedangkan waktu sudah menunjukkan jam 07.00, akhirnya gue putuskan buat naik taksi dari rawamangun ke tempat test. Alhamdulillah, sampai tepat waktu. Singkat cerita, pertarungan IELTS di mulai jam 09.00. Menurut gue, test IELTS ini punya aturan yang strict banget dan sangat sulit bahkan tidak mungkin bisa di jokikan. Dan tibalah di test pertama, yaitu listening.

Listening section. Di awal panitia akan mengecek sound dimana jika merasa terlalu keras atau kecil bisa segera di ubah. Ekspektasi gue adalah audio untuk listening ini bakal pakai speaker yang kaya di sekolah-sekolah (terpusat gitu) ternyata ekspektasi gue salah! Panitia memutar kaset materi listening dengan menggunakan radio bermerk sam**ng di masing-masing kelas. Btw, setiap kelas itu berisikan gabungan peserta yang ambil Academic dan General IELTS. Buat gue audio di kelas tempat test agak kurang jernih, seperti agak menggaung gitu.

Waktu untuk sesi listening ini adalah 30 menit untuk menjawab 40 soal, dimana ada alokasi waktu 10 menit buat menyalin jawaban ke answer sheet, jadi total waktunya 40 menit. Uniknya, tipe soal listening ini ada macam-macam. Ada yang berupa isian singkat, mencocokkan denah atau topic tertentu, dan pilihan ganda. Kunci utama sesi ini adalah FOKUS. Tapi, di test kemaren ada beberapa soal yang gue kehilangan focus buat menjawab.

Tips buat listening:

1.       Focus adalah kunci utama

2.       Baca directionnya terlebih dahulu, karena tiap soal beda-beda. Ada yang NO MORE ONE WORD, TWO WORDS and so forth lah

3.       Kalo gue selalu baca soalnya terlebih dahulu sebelum speakernya ngobrol dan menggaris bawahi kata yang bisa dijadikan keyword. Ini memudahkan kita buat guessing jawaban yang diminta.

4.       Jika kehilangan focus di satu soal, tinggalkan saja, langsung focus lagi ke soal berikutnya supaya bisa terjawab.

5.       Untuk isian yang kira-kira jawabannya berupa nominal uang biasanya gue tulis dengan symbol di soal. Misalkan, 1,750 (one thousand seven hundred and fifty) dollar bakal gue tulis jadi 1t7h50, ini memudahkan gue buat nyalin jawaban ke answer sheet.

6.       Perhatikan struktur kalimat yang jadi pertanyaan. Kaya test kemarin, yang gue denger adalah kata “democrate” sedangkan di soal tertulis “………… workplace”. Nah, berarti yang harus kita tulis adalah bentuk adjective nya karena itu akan menjelaskan si noun (workplace). Ini yakin banget gue salah L

7.       Singular dan plural. Ini penting banget. Kaya kemarin gue nulis 40 minutes kurang (s). Yah, salah lagi deh L

8.       Karena tidak ada pengurangan nilai seperti SBMPTN, maka kemampuan guessing menjadi strategi terakhir buat jawab soal-soal yang kita gak denger, ini untung-untungan.

Hasil listening gue ternyata di bawah ekspektasi yaitu x.5 (guessing sendiri ya nilai x nya). Padahal kemarin gue lumayan yakin. Hmm.

Reading section. Ketika waktu habis, maka tidak diperkenankan untuk menulis apapun, karena jika ketahuan akan mendapat catatan buruk yang berakibat pengurangan nilai hasil IELTS anda. Setelah listening, langsung lanjut ke sesi berikutnya yaitu reading. Ekspektasi gue di reading sangat besar karena menurut gue readingnya lumayan gampang. Awalnya gue berharap dapet banyak soal yang isian titik-titik tapi malah kebanyakan dapet soal pilihan ganda. Tipe soal reading juga menarik. Ada isian singkat, pilihan ganda, mencocokkan heading, True, Yes, False, No, Not Given (Ini yang sering mengecoh). Waktu di test ini adalah 60 menit untuk 40 soal dimana tidak ada tambahan waktu untuk menyalin jawaban.

Tips reading:

1.       Lagi dan lagi Focus adalah kunci utama
2.       Baca directionnya terlebih dahulu, karena tiap soal beda-beda. Ada yang NO MORE ONE WORD, TWO WORDS and so forth lah

3.       Jawab soal per tipe bukan per passage. Kalo gue yang akan gue kerjakan di awal adalah yang berupa isian titik-titik karena relative lebih mudah menemukan keyword (entah itu nama orang, tahun dll). Jadi dengan scanning/skimming menemukan keyword bisa menghemat waktu, sedangkan yang akan gue kerjakan di akhir adalah tipe soal heading ini dikarenakan harus paham isi tiap paragraph. Perlu diingat, reading ielts punya tingkat paraphrase yang lumayan tinggi.

4.       Ketika dapat jawaban, langsung tulis di answer sheet

5.       Lihat juga struktur soal untuk bagian isian, singular dan plural diperhatikan ya, jangan sampai karena kelebihan atau kekurangan s/es malah jadi salah jawabannya

6.       Baca direction hati-hati. Bedakan Yes, No dengan True False, ini akibatnya bisa fatal.

Hasil reading gue sudah lumayan, tapi masih di bawah ekspektasi gue, yaitu: x.5. Agak ngenes juga kemarin kekurangan waktu buat ngebenerin 2 jawaban soal yang gue tulis kebalik. Kesel sih ini.

Writing section. Ini merupakan part yang paling complicated menurut gue. Di test writing kita akan dihadapkan 2 buat soal yaitu Task 1 dan Task 2. Sedikit gambaran, Task 1 itu kita diminta untuk mendeskripsikan bar chart, line chart, pie chart, table, ataupun map, sedangkan di task 2 kita diminta untuk memberikan respon terhadap sebuah topic, bisa setuju atau tidak setuju, positif dan negatif, masalah dan solusi. Total waktu yang diberikan adalah 60 menit.

Di test kemarin, gue dapat 3 buah pie chart dengan topic penyebaran siswa setelah lulus untuk tema task 1 sedangkan task 2 gue dapat topic leisure time. Jujur ketika di sesi writing, kepala gue udah sedikit sakit. Mungkin akumulasi dari kurang tidur dan gak terlatih buat ngerjain listening, reading, dan writing secara berurutan. Ini ternyata penting banget biar pas di hari H gak kaget.

Strategi gue adalah mengerjakan writing task 2 terlebih dahulu baru ke writing task 1. Kenapa? Karena bobot writing task 2 lebih besar dibandingkan task 1. Bermodalkan self-study, gue gak pernah latihan buat soal dengan topic leisure time. Oh my ….. gue takut ide yang gue tulis out of topic. Gue juga khawatir, essay yang gue tulis tidak menjawab task respond soal termasuk ketentuan minimal 250 kata. Pada saat tes, campur aduk pokoknya. Gue berusaha tenang dengan brainstorming terlebih dahulu untuk memikirkan ide jawaban. Ketidaknyamanan gue berlanjut ketika gue menyadari beberapa kali salah menulis vocab, tiba-tiba aja gitu gue stuck bahkan lupa cara nulis kata neighbor seperti apa. Melihat dan memperkiran task 2 sudah melebihi 250 kata dan waktu sisa 19 menit lagi, gue langsung menuju writing task 1. Gue luangkan waktu buat memahami ketiga pie chart untuk mendapatkan trend nya yang bakal gue jadikan sebagai gambaran umum. Di writing task 1 ini kita diminta untuk menulis 150 kata. Di tes kemarin, gue baru menyadari kalau trend yang gue tulis tidak mengcover ketiga pie chart. Karena pada saat itu sisa 1 menit, gue putuskan untuk tidak merubah jawaban gue, khawatir malah tidak terselesaikan. 

Gue kepikiran banget nih hasil writing gue jika dibandingkan dengan listening dan reading. Dan hasilnya, beyond my expectation yaitu x.0. Untuk writing memang gue gak mentargetkan tinggi. Asal cukup, itu sudah Alhamdulillah banget. Selesai juga serangkaian written test dan waktu menunjukkan pukul 11.50. selanjutnya panitia tes memberikan arahan untuk tes speaking, dan ternyata gue dapet jam 19.30.

Speaking section. Karena jadwal speaking gue malam dan harus standby lagi jam 17.30 akhirnya gue putuskan untuk ke UNJ buat ishoma dan ketemu temen yang sedang mengerjakan tesis. Beruntung venue test tidak terlalu jauh dari UNJ. Dengan perasaan pasrah dan terseok-seok (ini lebay) gue sampai kampus. Setelah ishoma dan ngobrol-ngobrol dengan teman, bukannya latihan speaking gue malah tidur, iya tidur. Lumayan 1 jam gue tidur. Sekitar jam 16.30 gue langsung pergi lagi ke venue test. Sampai disana terlihat hanya beberapa peserta yang sedang menunggu. Ternyata dan ternyata, jadwal speaking gue jadi maju jam 17.30 dikarenakan banyak para peserta yang masih dalam perjalanan dan belum datang. Beruntung sih, gue jadi gak pulang terlalu malam.

Akhirnya, nama gue pun di panggil, sebelum masuk kita harus scan jari lagi untuk menjaga keaslian peserta. Gue lupa nama bule penguji gue siapa, yang jelas beliau sangat murah senyum. Beruntung banget, jadi gue gak terlalu terintimidasi buat menjawab. Well, di speaking test nanti akan ada 3 part. Part 1 umumnya akan ditanya seputar hal general, seperti home, neighborhood, teacher, your favorite subject at school etc. Di part 1 gue merasa bisa menjawabnya dengan lumayan. Lanjut ke part 2. Di part ini kita akan diberikan sebuah que card yang berisikan topic dan beberapa pertanyaan yang digunakan untuk memudahkan kita menjawab agar lebih terstruktur. Topiknya macam-macam, kemarin gue dapat topic tentang bisnis. Di part 2, kita akan diberikan waktu sekitar 1 menit untuk memikirkan atau menyusun jawaban di selembar kertas, yang selanjutnya kita komunikasikan selama 2 menit untuk menjawab secara monolog. Gue gak terlalu puas di part ini karena gue kurang mulus dan sempet beberapa kali mengelurakan filler. Selanjutnya di part 3, kita akan mendiskusikan topic yang ada di part 2. Contohnya gue kemarin dapat pertanyaan, menurut kamu lebih penting mana practical skill atau academic background untuk memulai sebuah bisnis? Di part ini jug ague kurang maksimal karena gue ngerasa ada pertanyaan yang gue jawab out of topic (ini gue sadar banget). 13 menit pun berlalu, dan speaking test pun berakhir.

Finally, hasil speaking gue di bawah ekspektasi gue, yaitu x.5. Usaha sudah, berdoa juga sudah. Dalam setiap doa gue hanya berharap “Semoga Engkau memberikan hasil yang terbaik bagi hambaMu ini, jika memang belum saat nya, permudahlah hambaMu ini untuk ikut test IELTS lagi, saya siap untuk belajar lagi.”

Overall, skor perdana IELTS gue sudah cukup untuk digunakan daftar beberapa beasiswa. Sampai saat ini, gue masih menunggu hasil pengumuman beasiswa yang telah gue daftar. Doakan ya J
 

3 comments:

ayasofi said...

Menarik tulisannya. Btw, satu hari mengalokasikan waktu berapa jam untuk belajar?

El asyari said...
This comment has been removed by the author.
El asyari said...

Sekitar 6-9 jam saya alokasikan buat skoring + belajar maupun Nonton video

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers