Friday, May 3, 2013

Sebuah Inovasi yang Tertiup Sampai ke Negeriku



Matematika. Ya, matematika. Bagi saya matematika adalah sebuah pelajaran yang sangat menyenangkan. Saya mulai menyukai matematika sejak bangku SD bahkan hingga di bangku perkuliahan saat ini. Hal itu terlihat wajar karena sekarang saya sedang melanjutkan kuliah di jurusan matematika. Namun yang masih menjadi sebuah dilema pada pembelajaran matematika saat ini adalah image matematika yang sulit dan kurang bermakna bagi siswa. Diantara penyebabnya adalah matematika modern saat ini hanya menyajikan matematika sebagai produk jadi, siap pakai, abstrak dan diajarkan secara mekanistik, serta guru hanya mendiktekan rumus ke siswa. Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah inovasi di dalam dunia pendidikan matematika.

 Inovasi tersebut pun datang dari sebuah negeri yang terkenal dengan kincir anginnya. Negeri yang pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Sebuah negeri yang menjadi pioneer bagi negeri lainnya. Ya, Belanda nama negeri itu. Sebuah inovasi pendidikan matematika yang tertiup dan terbawa sampai ke Indonesia adalah RME (Realistic Mathematics Education). 


Berbicara tentang sejarah, Pendidikan Matematika Realistik atau Realistic Mathematics Education (RME) muncul karena adanya keinginan meninjau kembali pendidikan matematika di Belanda yang dirasakan kurang bermakna bagi pembelajar. Awalnya inovasi ini diprakarsai oleh Wijdeveld dan Goffre pada tahun 1968 melalui proyek Wiskobas. Sampai sekarang, bentuk RME yang ada sebagian besar dilandasi oleh pandangan Freudenthal (1977) tentang matematika, yaitu menempatkan matematika sebagai suatu bentuk aktivitas manusia (mathematics as human activity). Ini artinya matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pendidikan Matematika Realistik tidak hanya bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penalaran matematika, namun juga bisa mengembangkan kreativitas dan kemampuan komunikasi siswa. Pelajaran matematika juga harus memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk “dibimbing” dan “menemukan kembali” matematika dengan melakukannya. Artinya dalam pendidikan matematika, sasaran utama matematika adalah sebagai kegiatan dan bukan sistem tertutup. Jadi fokus pembelajaran matematika harus pada kegiatan bermatematika atau “matematisasi”. 


Dalam perkembangannya, Realistic Mathematics Education (RME) membawa angin segar bagi pendidikan matematika di Indonesia. RME adalah sebuah inovasi yang melahirkan inovasi baru. Inovasi baru itu bernama PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). PMRI digagas oleh sekolompok pendidik matematika di Indonesia. Pada tahun 1990-an, pendidikan matematika di Indonesia mulai meninggalkan matematika modern yang dapat membuat siswa menjadi takut terhadap matematika dan mencari solusi dari permasalahan tersebut. Oleh karena itu, butuh adanya inovasi baru yang bertujuan agar matematika itu tidak menakutkan dan dapat menjadi teman yang ramah serta menaikkan prestasi matematika siswa di dunia internasional. Akhirnya, RME sebagai inovasi itu datang  dan telah sukses diterapkan di Belanda dan di negara-negara lainnya. Datangnya tiupan inovasi tersebut sampai ke Indonesia, diharapkan dapat menjadi sebuah udara segar bagi guru untuk dapat mengajarkan matematika menjadi berarti dan bermakna di dalam kehidupan sehari-hari, serta mengubah image matematika yang sulit dan menakutkan menjadi mudah dan menyenangkan.


Referensi:
http://blog.unsri.ac.id/userfiles/MRE.pdf 

 

0 comments:

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers