Tuesday, March 11, 2014

Masalah Sampah Tak Menyadarkan Penghuni Jakarta Juga

Jakarta Ku Sayang, Jakarta Ku Malang …

Jakarta sebuah kata yang memiliki sihir bagi sebagian orang. Jakarta merupakan sebuah kota besar sekaligus menjadi Ibu Kota dari bangsa ini. Dengan memiliki daya tarik yang tinggi, Jakarta mampu menjadi pusat pemerintahan bahkan sumber ‘perekonomian’ sehingga banyak mendatangkan masyarakat dari luar Jakarta untuk mengadu nasib di Jakarta. Berbagai permasalahan pun muncul di kota ini. Mulai dari sektor pendidikan, kesejahteraan, perekonomian dan juga permasalahan lingkungan. Berbicara mengenai permasalahan lingkungan di Jakarta sudah teramat kompleks. Kepadatan penduduk di Jakarta berbanding lurus dengan tingkat konsumsi yang berimas langsung dengan meningkatnya volume sampah yang dihasilkan dari tingkat konsumsi tersebut.
Tak dapat dipungkiri, ketika kita menelusuri jalanan di Jakarta dengan mudahnya kita akan menemukan sampah yang tergeletak manis begitu saja. Jakartaku kini tak seindah dulu. Menurut Kepala Suku Dinas Kebersihan DKI,Eko Bharuna tiap harinya Jakarta menyumbang 6.500 ton sampah dan naik 5 persen setiap tahunnya. Sampah tersebut dihasilkan oleh penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta orang. Angka 10 juta tersebut tidak termasuk 2,5 juta warga yang biasa kerja di Jakarta pada siang hari.
Produksi sampah sekarang ini sebanding dengan 28.000 m3. Bila volume ini dibayangkan dengan perbandingan luas lapangan bola (105 m x 70 m) dengan tinggi 1 m, maka perhari luas sampah di DKI Jakarta hampir 4 kali lapangan bola tersebut untuk perhari atau bisa disamakan dengan setengah volume candi Borobudur yang volumenya mencapaai 50.000 m3 per hari. Dapatkah kita bayangkan, seperti apa volume sampah per minggu, perbulan, dan pertahun?
Meningkatnya volume sampah di Jakarta menjadikan Jakarta kotor dan menimbulkan pencemaran. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan menjadi point utama dalam permasalahan sampah di Jakarta. Banyak orang yang tidak merasa malu jika membuang sampah sembarangan. Bahkan dengan rasa tak bersalah, banyak orang yang membuang tissu, botol air mineral, bungkus permen di berbagai tempat umum seperti halte dan lain sebagainya. Parahnya, masalah sampah seolah bukan menjadi tanggung jawab manusia. Manusia dengan senangnya memikirkan kepuasan diri sendiri tanpa memikirkan keberlanjutan alam ini. Sebagai contoh, pada acara Jakarta Night Festival tahun 2012. Acara tersebut menghasilkan 600 ton sampah atau sekitar 10 persen dari sampah yang dihasilkan seluruh wilayah DKI Jakarta dalam sehari. Jumlah tersebut terbilang fantastis karena sekitar satu juta warga yang datang dari Jakarta dan sekitarnya hanya memenuhi kawasan Senayan – Medan Merdeka Barat dan hanya berlangsung dalam waktu 5 jam saja, yakni pukul 21.00 - 02.00 wib. Oleh karena itu, sangat penting jika pendidikan di Indonesia juga menerapkan pendidikan lingkungan hidup agar masyarakatnya juga mengerti akan pentingnya menjaga lingkungan.
Selain itu, penyebab lain dari penumpukan sampah di Jakarta adalah kurangnya fasilitas tong sampah, truk sampah, tukang angkut sampah dan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Dapat kita lihat, diberbagai daerah sebagai contoh di Jakarta Barat sangat terlihat kurang sekali fasilitas tong sampah untuk menampung sampah rumah tangga. Akibatnya, tak sedikit masyarakat yang dengan mudahnya membuang sampah ke kali yang berada di dekat tempat tinggal mereka. Saat ini Dinas Kebersihan DKI memiliki:
1.      797 unit truk sampah, di mana 46% rusak atau tidak layak jalan serta hanya mampu mengirim sampah satu rit per hari.
2.      Pegawai DKI yang mengurus lingkungan hanya 80 ribu.
3.      Satu-satunya TPA di DKI Jakarta hanya Bantar Gebang yang beroprasi sejak tahun 1989 dengan luas 108 hektar dan didesain untuk menampung 19 juta m3 dan sekarang sudah terisi 9 juta m3.
4.      Lokasi penampungan sampah sementara sekarang ditentukan oleh masyarakat dan difasilitasi lurah camat setempat.

Melihat kondisi diatas, kecamatan dan kelurahan memegang peranan penting dalam permasalahan sampah. Tukang angkut sampah belum menjadi bagian dari pengelolaan pemerintah kota tetapi masih menjadi tanggung jawab masyarakat demikian juga dengan tempat pembuangan sampah sementara yabng ditentukan oleh kelurahan.

Berdasarkan pengalaman hidup di Jakarta, penarikan retribusi sampah ke masyarakat sekitar tidaklah mudah. Banyak masyarakat yang masih enggan dan sulit untuk membayar retribusi tersebut. Kondisi ini justru terbalik dengan Jerman. Di Jerman, tukang angkut sampah menjadi bagian dari pengelolaan sampah pemerintah kota sehingga masyarakat pun akan patuh dan terikat dengan peraturan yang berlaku.
Penyebab lainnya adalah kurang tegasnya pemerintah dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan. Terutama mengenai peraturan kebersihan di DKI Jakarta. Sebagai contoh, Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengolaan sampah yang telah di sahkan pada Mei 2013 laulu di DPRD DKI memuat sanksi pada pelanggar dari masyarakat dan perusahaan. Guberbur DKI juga mendenda warganya yang membuang sampah sembarangan maksimal Rp. 500 ribu.
Pada pasal 126 di Perda itu juga membahan mengenai larangan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada jam 06.00-21.00 wib. Masyarakat juga dilarang keras membuang sampah di lokasi tertentu seperti sungai/kali, kanal, waduk, situ dan saluran air limbah, jalan, taman serta tempat umum.
Lain hal pada Pasal 127. Pasal ini membahas tentang sanksi soal masyarakat yang sengaja tidak melakukan pemilihan sampah. Sanksinya adalah sanksi administratif dari RW setempat. Bagi pihak pengelola kawasan pemukiman, komersil, industri dan kawasan khusus akan dikenakan sanksi Rp 10-15 juta jika tidak menyediakan fasilitas pengelolaan sampah. Pengelola fasilitas sosial dan fasilitas umum akan diganjar dengan denda Rp 1-5 juta. Bagi pelanggar yang sengaja membuang sampah ke sungai, waduk, situ, saluran air limbah, di jalan, taman atau tempat umum lainnya, maka akan dikenakan denda Rp 500 ribu. Sedangkan pengelola pusat belanja akan dikenakan denda Rp 5-25 juta jika tidak menggunakan kantong plastik ramah lingkungan.
Peraturan telah dibuat. Kini saatnya untuk pemerintah tegas dalam menjalankan peraturan tersebut. Jangan sampai peraturan dibuat hanya sebagai pajangan tertulis. Andai saja peraturan ini diterapkan, permasalahan sampah akan sedikit berkurang karena sistem yang berlaku dan memaksa manusia untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Permasalahan sampah di DKI Jakarta merupakan sebuah permasalahan yang bercabang. Artinya permasalahan sampah ini dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan lainnya. Salah satunya adalah banjir. Sepertinya musim banjir tak lagi berlaku di Jakarta. Banjir dapat datang dengan sesuka hati jika curah hujan yang sangat tinggi di ibu kota. Walaupun permasalahan sampah bukanlah penyebab utama dari banjir, selain tata kota yang tidak mendukung, letak geografis Jakarta yang tidak menguntungkan serta curah hujan yang begitu tinggi, sampah menjadi faktor yang dapat memperparah banjir di Jakarta. Sampah dapat  menutup saluran air, kali/sungai dan pintu air yang mengakibatkan air meluap.

Sebagai contoh di lingkungan kampus tercinta saya mengenyam pendidikan. Kampus A Universitas Negeri Jakarta. Beberapa tahun belakangan ini, kampus ini juga terkena imbas banjir. Padahal saat awal saya masuk kuliah, tidak pernah kebanjiran. Hal ini disebabkan kurangnya lubang saluran air, kondisi got yang kecil, juga dataran kampus yang rendah. Ini tentunya menjadi tanggung jawab semua warga kampus, salah satunya adalah menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Jika dilihat, masih banyak warga kampus yang masih kurang peduli dengan lingkungan.
Sungguh sangat menjadi sebuah ironi bahwa musibah, kerusakan nyatanya tak dapat menyadarkan penghuni Jakarta. Lalu, apa yang dapat kita lakukan? Haruskah kita menunggu Jakarta tenggelam dengan banjir? Haruskan kita menunggu Jakarta tenggelam dengan lautan sampah? Jawabannya adalah Jakarta butuh kita semua, dan kita semua butuh Jakarta ... Sadarkah kita?

Referensi:

1 comments:

Anonymous said...

How to make money from sports betting
What is the most basic form of sports betting? — 온카지노 What is the most basic หารายได้เสริม form of betting? In the case of 인카지노 sports betting, it is simply the form of gambling you choose.

Pages

Blogger templates

My Tweets

Twitter icon

Loading..

My Shoutbox

. . .

<a href=http://zawa.blogsome.com>Zawa Clocks</a>

The Visitor Number

Free Counters

It's About Me

My photo
Jakarta, Indonesia
A learner who is highly passionate in mathematics education, community development and eco-volunteerism

Followers